JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Asosiasi Poligraf Indonesia Agung Prasetya memaparkan alasan mengapa hasil tes poligraf atau uji kebohongan salah satu terdakwa kasus dugaan pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), Kuat Ma'ruf, mempunyai 2 hasil berbeda.
"Jadi 2 hasil itu memiliki 2 pemeriksaan dan 2 waktu berbeda," kata Agung dalam program Rosi di Kompas TV, seperti dikutip pada Jumat (23/12/2022).
Agung adalah salah satu ahli poligraf yang turut memeriksa para terdakwa kasus itu, yakni Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bharada Richard Eliezer, Bripka Ricky Rizal, dan Kuat.
Agung mengatakan, dalam pemeriksaan pertama mereka mengkonfirmasi kepada Kuat soal topik dugaan persetubuhan antara Putri dan Yosua di rumah Magelang, Jawa Tengah, pada 7 Juli 2022.
"Jadi yang pertama adalah mengenai memergoki tadi. Itu hasilnya jujur bahwa dia tidak memergoki. Itu hanya satu pertanyaan dari serangkaian tadi," ujar Agung.
Agung melanjutkan, tim kembali memeriksa Kuat di hari yang berbeda dengan topik tentang peristiwa penembakan terhadap Yosua pada 8 Juli 2022 di rumah dinas Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan.
"Kemudian kita lakukan di hari yang berbeda terkait dengan melihat peristiwa penembakan. Nah itu menghasilkan bahwa si kuat Ma'ruf berbohong," ujar Agung.
"Bohongnya ini berarti dia melihat terjadinya proses penembakan, berdasarkan hasil poligraf," lanjut Agung.
Aji mengatakan, Kuat Ma'ruf mempunyai 2 hasil berbeda. Yakni pertama plus 9 dan minus 13.
“Untuk hasil plus, tidak terindikasi berbohong,” terang Aji.
https://nasional.kompas.com/read/2022/12/23/09101591/ahli-paparkan-alasan-di-balik-2-hasil-berbeda-tes-poligraf-kuat-maruf