Salin Artikel

Kiprah Multidimensi Muhammadiyah

Dalam tulisan ini saya memilih untuk melihat Muhammadiyah dari jarak jauh seperti sedang memandang Gunung Salak di Bogor, Jawa Barat, yang keindahannya memesona. Banyak orang yang ingin punya rumah di dekatnya, dengan pemandangan Gunung Salak yang hijau segar.

Muhammadiyah menggunakan simbol alam. Matahari bersinar dijadikan simbol persyarikatan, menyinari alam semesta tanpa pilih kasih. Seperti beberapa organisasi Islam lainnya yang menggunakan simbol bulan sabit, bintang, dan jagat (seperti dimiliki Nahdlatul Ulama/NU), Muhammadiyah memilih matahari dengan dilengkapi kalimat syahadat.

Pelayanan sosial dan pendidikan

Simbol itu harapan dan doa. Muhammadiyah telah membuktikan semua itu, tanpa pilih kasih dalam pelayanan sosial dan pendidikan. Semua mendapat porsi layanan dan manfaat yang sama sehingga kebagian semua. Masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke mengenal Muhammadiyah.

Banyak kesuksesan menonjol yang ditampilkan secara nyata organisasi Islam bernama Muhammadiyah ini. Bukan sekadar pencitraan supaya Muhammadiyah terlihat wah, tetapi semua nyata dan kiprahnya dapat dirasakan.

Kesuksesan yang dirasakan masyarakat beragam, sehingga membawa citra Muhammadiyah tampak multidimensi dalam kebaikan, dalam keberhasilan, meskipun awalnya Muhammadiyah menitikberatkan perjuangannya di bidang pendidikan seperti dirintis sang pendirinya, KH Ahmad Dahlan.

Cerita tentang Muhammadiyah bisa ditelurusi lewat masyarakat sebagai pihak yang merasakan kebaikannya, walaupun mungkin juga banyak yang belum menangkap gambar besar Muhammadiyah secara utuh. Tanyakan pada kaum ibu, bapak-bapak, embah-embah di seluruh wilayah Indonesia.

Coba tanyakan apa yang terbayangkan ketika mereka mendengar kata “Muhammadiyah”? Jawabannya akan beraneka ragam, berbagai sudut pandang dan dimensi, tergantung amal usaha Muhammadiyah bidang apa yang paling mereka rasakan.

Bagi emak-emak, embah-embah yang tinggal di desa, seperti Datinawong di Lamongan, Jawa Timur, Muhammadiyah itu ya klinik kesehatan, rumah sakit di Babat, dan Lamongan, tempat membawa anak-cucu mereka ketika sakit, demam dan batuk-pilek.

Di kampung-kampung sekitar Babat, setahu saya tahun 1960-an masyarakat sudah mengenal klinik kecil di belakang terminal Babat. Klinik kesehatan milik Muhammadiyah itu sudah melayani masyarakat tanpa melihat latar belakang.

Siapapun dilayani, bukan hanya warga Muhammadiyah. Kalangan nahdliyin (warga Nahdlatul Ulama/NU) juga dilayani, warga yang tidak mengenal organisasi Islam juga dilayani. Dan, saya belum pernah mendengar cerita dari warga nahdliyin yang berobat ke klinik Muhammadiyah diperlakukan berbeda. Tidak ada yang diperlakukan macam-macam. Semua mendapat pelayanan yang sama.

Tetapi ketika pertanyaan serupa disampaikan kepada warga Paciran, tepi pantai Lamongan, atau di desa-desa di Sumatera Barat dan daerah lain, jawabannya akan berbeda-beda. Bisa dijawab bahwa Muhammadiyah itu adalah sekolah, Muhammadiyah itu perguruan tinggi, atau rumah sakit. Jawaban Muhammadiyah adalah sekolah itu betul juga.

Muhammadiyah bersama Aisyiyah (organisasi perempuan otonom Muhammadiyah), kini memiliki 171 perguruan tinggi, 1.364 sekolah menengah atas/madrasah aliyah, 1.826 sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah, 2.817 sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, dan 20.233 taman kanak-kanak, pendidikan anak usia dini, 440 pesantren yang tersebar di berbagai daerah. Muhammadiyah juga punya ribuan klinik dan rumah sakit.

Dari dimensi politik lain lagi. Bagi teman-teman saya seperti Sudarno yang tinggal di Parung Panjang, Bogor, sarjana IKIP Muhammadiyah Jakarta yang suka baca politik, kalau ditanya soal Muhammadiyah, otaknya langsung tertuju pada tokoh-tokoh Muhammadiyah, seperti Amien Rais, Buya Ahmad Syafii Maarif, Din Syamsuddin, Haedar Nashir, Abdul Mu’ti, dan Anwar Abbas. Tokoh-tokoh ini memang sering ditampilkan di panggung Muhammadiyah.

Tentu saja, ketika pertanyaan dilontarkan pada masyarakat, akan ada yang mengaitkan Muhammadiyah dengan tempat ibadah, seperti mushala dan masjid. Di desa-desa masjid milik Muhammadiyah masih lekat dengan identitas nama Muhammadiyah, seperti hal nama sekolah dan universitas, serta klinik dan rumah sakit. Nama Muhammadiyah nempel.

Lain lagi di kota-kota besar jarang ditemukan masjid diberi label Muhammadiyah. Di kota-kota masjid sulit dikenali apakah masjid Muhammadiyah atau NU karena tidak terdapat plang atau papan organisasi.

Makanya warga kota, seperti Jakarta, ketika butuh masjid untuk shalat, ya langsung masuk masjid terdekat, tanpa bertanya masjid Muhammadiyah, NU, atau Persis. Hal seperti ini sekarang sudah biasa. Justru terlihat aneh jika ada yang bertanya ini masjid Muhammadiyah atau bukan. Orang yang bisa menjawabnya pun tidak mudah dicari.

Sebagai kekuatan strategis

Soal masjid, menjadi pertanyaan reflektif Ketua Umum Pemimpin Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nashir seputar keberadaan masjid Muhammadiyah.

“Ketika saat ini warga Muhammadiyah pergi ke daerah atau cabang-cabang, masih suka mendengar, ada masjid tidak tergarap, bahkan ada yang pindah tangan ke tempat pihak lain. Maka anggota Muhammadiyah perlu bertanya seberapa jauh dakwah komunitas itu berjalan?” kata Haedar seperti dikutip dalam siaran pers pembukaan muktamar Muhammadiyah di Surakarta, Jumat (18/11/2022).

Menurut Haedar, Muhammadiyah sekarang diuji dalam konteks nasional dan global yang niscaya Muhammadiyah hadir sebagai kekuatan strategis jika orang mengatakan Muhammadiyah gerakan modern terbesar, gerakan reformis terbesar. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana Muhammadiyah hadir di tengah dinamika itu.

“Saya ingin menyoroti sedikit bahwa Muhammadiyah memang punya tradisi besar yang punya produktivitas sebagai organisasi yang sejak awal punya pondasi agama kokoh, sistem organisasi bagus, sumber daya manusia waktu itu dianggap berkualitas dan lebih penting lagi peran-peran kemasyarakatan lewat amal usaha sudah jadi milik umum,” kata Haedar.??

Haedar menambahkan, ketika berinteraksi di dalam dinamika lokal regional mestinya soal trust, marwah soal integritas, pondasi nilai keislaman dan kemuhammadiyahan kita sudah selesai.

“Tidak ada lagi keraguan dan saling meragukan antar diri kita,” ujar Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu.

Itulah protret Muhammadiyah yang didirikan 18 November 1912 di Yogyakarta dan tantangannya di zaman sekarang. 

https://nasional.kompas.com/read/2022/11/22/06150051/kiprah-multidimensi-muhammadiyah

Terkini Lainnya

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke