Peneliti Imparsial Hussein Ahmad mengungkapkan, 61 orang yang meninggal dunia itu merupakan aparat TNI, Polri, masyarakat sipil, termasuk Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
“Korban jiwa 61 orang, 37 berasal dari masyarakat sipil, 21 TNI-Polri, dan 8 KKB,” kata Hussein saat peluncuran monitoring bertajuk “Kekerasan Bersenjata di Papua dan Dampaknya bagi Masyarakat Sipil”, Selasa (30/8/2022).
Hasil pemantauan Imparsial juga menemukan bahwa kontak senjata antara aparat TNI-Polri dengan KKB tidak terjadi di hutan sebagaimana orang di luar Papua membayangkan konflik yang terjadi.
Hussein mengatakan, kontak senjata biasanya terjadi di permukiman warga hingga pusat pemerintahan.
Sementara itu, hotspot kontak senjata yang paling dominan terjadi di pegunungan.
“Jadi tidak di pesisir, walaupun satu, dua ada tetapi paling banyak di pegunungan Papua,” ujar Hussein.
Selain itu, Imparsial mencatat, setidaknya ada 13 kali terjadi pengiriman pasukan non-organik TNI dan Polri sejak Januari 2022 hingga Agustus 2022.
Estimasi jumlah pengiriman pasukan tersebut kurang lebih mencapai 3.657 personeL TNI dan Polri dengan komposisi 3.000 prajurit TNI dan 657 anggota Brimob Polri.
Menurut dia, seluruh pasukan non-organik tersebut mempunyai kualifikasi tempur.
Pihaknya pada tahun ini tidak menemukan pengirim pasukan non-organik selain pasukan dengan kualifikasi tempur.
“Kalau di tahun 2020, 2019, 2018, kami menemukan misalnya ada pasukan kualifikasinya zeni tempur yang diterjunkan untuk membangun Jalan Trans Wamena-Nduga atau dari Wamena ke wilayah lain, itu juga dilakukan oleh zeni,” kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2022/08/30/15404431/imparsial-61-orang-meninggal-dunia-akibat-kekerasan-bersenjata-di-papua-2021