Salin Artikel

Tafsir Teguran Jokowi kepada Mendag Zulkifli Hasan

Teguran Jokowi dilakukan secara terbuka. Barangkali agar publik tahu bahwa sebagai Presiden, ia harus menegur menteri yang tidak fokus kerja, tidak fokus mendahulukan kepentingan rakyat.

Begini kata Presiden: "Saya minta semua menteri fokus bekerja. Kalau Menteri Perdagangan, ya urus yang paling penting seperti yang saya tugaskan kemarin, bagaimana menurunkan harga minyak goreng".

Hal tersebut disampaikan Jokowi usai menyerahkan bantuan sosial di Pasar Sukamandi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, Selasa (12/07/2022).

Apa latar belakang teguran itu? Tak lain adalah tindakan Mendag Zulkifli yang "aji mumpung". Mumpung jadi menteri, ia memanfaatkan jabatannya untuk mengkampanyekan anaknya yang akan maju sebagai calon legislatif dalam pemilu 2024.

Dalam laporan Kompas TV, Zulkifli Hasan meminta warga Kecamatan Telukbetung Timur, Bandar Lampung, untuk memilih anaknya, Futri Zulya Savitri saat pembagian minyak, Sabtu (9/7/2022).

Sembari memberikan minyak goreng, Zulhas memberi pesan kepada penerima agar memilih anaknya.

"Uangnya enggak usah, dikantongin aja. Rp 10.000 yang nanggung Futri. Kasih uangnya. Nanti pilih Futri, ada deh ginian (pembagian minyak) dua bulan sekali," tutur Zulkifli dikutip dari Kompas TV.

Ojo aji mumpung

Beberapa waktu lalu, Jokowi pernah mengeluarkan ucapan "ojo kesusu" (jangan buru-buru) saat merespons hiruk pikuk calon presiden 2024.

Meminjam ucapan "ojo kesusu" itu, maka bolehlah teguran Jokowi ditafsir lebih ringkas menjadi "ojo aji mumpung" (jangan aji mumpung).

Ada nasihat Jawa terkait aji mumpung ini. Bunyinya: "Beda kang ngaji mumpung/Nir waspada rubedane tutut/ kakinthilan manggon anggung atut wuri/Tyas riwut ruwet dahuru/Korup sinerung anggoroh".

Kutipan itu merupakan nasihat R Ngabehi Ranggawarsita, dalam Serat Sabdatama, pupuh Gambuh bait ke empat.

Artinya kurang lebih: Lain dengan yang aji mumpung; hilang kewaspadaan, masalah selalu bersamanya; Mengikuti terus dari belakang; Hati amat bernafsu, ruwet, tidak tenteram; tidak setia menyembunyikan dusta

Jadi mau ditegaskan oleh pujangga Kasunanan Surakarta itu bahwa “ngaji-aji mumpung” itu membuat orang malah tidak waspada, lupa daratan dan ujung-ujungnya tidak tentram.

Para leluhur punya "ilmu titen" (bukan saintifik, tetapi pengamatan yang berulang-ulang) bahwa mereka yang aji mumpung justru tidak tentram dalam keseharian, acap mengalami kemenumpulan alam perasa.

Padahal kemenumpulan alam perasaan, sebagaimana pernah disoroti beberapa guru besar psikologi, akan membuat pejabat mengalami alienasi dengan rakyat.

Ini sungguh sindrom yang sangat mengkhawatirkan. Sebab, alienasi bisa diartikan sebagai “bersikap tidak peduli atau tidak bersahabat”. Bagaimana jadinya jika pejabat mengalami sindrom alienasi seperti itu?

Ojo kaget

Namun Mendag adalah pilihan prerogatif Presiden Jokowi. Kepala Negara lebih memilih kalangan partai politik ketimbang orang profesional untuk mengatasi kemelut minyak goreng.

Tentu saja "ojo kaget" (jangan kaget) manakala ada "keajimumpungan" ala Mendag Zulkifli tersebut.

Sebagai orang parpol, Zulkifli tentu berhitung ada keuntungan politik yang bisa diraih dari aktivitas bagi-bagi minyak goreng.

Senyampang bagi minyak goreng (sebagai Menteri Perdagangan), sekaligus saja mengkampanyekan anaknya (sebagai Ketua Parpol).

Ibarat syair lagu, "engkau memulai, engkau mengakhiri". Maka, engkau yang memilih, engkau yang cari solusi. Dalam hal ini solusinya adalah teguran.

Teguran itu, diharapkan akan mempertajam kesadaran refleksif. Anthony Giddens, misalnya, menjelaskan bahwa kesadaran refleksif membuat seseorang bertindak dengan berpikir, berjarak dan memaknai setiap tindakannya.

Kesadaran inilah yang akan membimbing seseorang untuk memutuskan sebuah tindakan, pantas atau tidak pantas.

Namun persoalan yang acap melilit insan manusia antara lain sulit untuk membangun kesadaran refleksif karena manusia berkejaran dengan waktu sehingga tidak tersisa sedikitpun untuk berefleksi.

Sejumlah etikawan menyarankan untuk membalik keadaan: jangan waktu mengendalikan kita, tetapi kita mengatur waktu.

Kapan waktu untuk mengabaikan hiruk pikuk duniawi, dan kapan untuk refleksi diri sejenak. Refleksi diri merupakan sarana mengasah kesadaran refleksif.

"Berlompatlah dari dunia profan menuju yang sakral barang beberapa menit". Banyak yang tenggelam dalam kenikmatan duniawi sehingga lupa keabadian dunia sakral.

Saat berlompat itulah kesadaran praktis ditinggalkan, dan saat itulah tengah menuju pintu kesadaran refleksif.

Maka dari itu, sebelum larut dalam kesadaran praktis, sisihkan waktu setiap akan bertindak dengan memikirkan secara matang; apakah tindakan ini bermakna?

Apakah memberikan kontribusi bagi banyak orang? Jangan sampai, tindakan itu merugikan orang lain! Bahkan bikin malu diri sendiri.

https://nasional.kompas.com/read/2022/07/13/11422841/tafsir-teguran-jokowi-kepada-mendag-zulkifli-hasan

Terkini Lainnya

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke