JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo dinilai ingin menorehkan sejarah bagi bangsa Indonesia dalam upaya mendamaikan konflik antara Ukraina dan Rusia.
Upaya menorehkan sejarah bangsa tersebut berkaitan dengan lawatannya ke Ukraina dan Rusia.
“Jokowi juga ingin meninggalkan warisan yang baik dalam sejarah kepresidenan Indonesia. Jokowi ingin juga menorehkan sejarah sebagai pemimpin bangsa yang ikut andil dalam mendamaikan konflik antar negara,” ujar Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) Anton Aliabbas dalam keterangan tertulis, Jumat (1/7/2022).
Ia juga menilai bahwa pada lima tahun periode awal, Jokowi lebih banyak menghabiskan kepemimpinannya dalam penguatan diplomasi bilateral.
Akan tetapi, pola tersebut dikembangkan pada periode kedua dengan meningkatkan aktivitas pelaksanaan politik luar negeri dalam forum multilateral.
Kunjungannya ke Ukraina dan Rusia pun dianggap sebagai bentuk nyata dari pelaksanaan amanat pembukaan UUD 1945, yakni ikut serta dalam menjaga perdamaian dunia.
Terlebih, langkah yang dilakukan Jokowi dengan mendatangi Kyiv dan bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tidaklah bebas risiko.
Sebab, perang masih berlangsung dan belum ada tanda-tanda akan berhenti. Apalagi, Rusia masih aktif melakukan serangan ke sejumlah tempat.
“Apa yang dilakukan Jokowi mendatangi dua negara bertikai tentu saja merupakan rangkaian dari upaya untuk menengahi konflik tersebut,” kata dia.
Menurutnya, sikap imparsialitas yang ditunjukkan Jokowi dengan aktif menemui Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin dibutuhkan oleh pihak yang menawarkan diri sebagai potensial mediator.
“Karena dengan begitu, ide-ide awal yang diungkapkan para pemimpin bertikai dapat diolah untuk menjadi tawaran,” terang dia.
Diketahui, Jokowi bertemu Zelensky di Ukraina pada Rabu (29/6/2022). Jokowi menemui Zelensky usai menghadiri KTT G7 di Jerman.
Sehari berikutnya, Jokowi menemui Putin di Istana Kremlin, Moskow, Rusia.
https://nasional.kompas.com/read/2022/07/01/09042901/temui-zelensky-putin-jokowi-dinilai-ingin-dikenang-sebagai-pemimpin-yang