Salin Artikel

Hasil Pemilu 1955, Sejarah hingga Perolehan Suara Partai Politik

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, keinginan untuk melaksanakan pemilihan umum guna membentuk pemerintahan yang demokratis dan sesuai kehendak rakyat harus tertunda.

Penyebabnya adalah kondisi saat itu yang tidak memungkinkan dari segi keamanan dan pertahanan. Setelah Perang Dunia II selesai, Belanda ingin kembali menguasai Hindia-Belanda.

Maka dari itu Belanda datang ke Indonesia yang sudah menyatakan kemerdekaan dengan kekuatan militer penuh. Alhasil terjadi peperangan dengan kelompok pendukung kemerdekaan atau pro republik. Peperangan terus terjadi sampai Indonesia dan Belanda berdamai melalui perundingan Konferensi Meja Bundar yang diteken di Den Haag, pada 2 November 1949.

Selain itu, kondisi politik di dalam negeri juga bergejolak. Sebab Republik Indonesia menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berdiri pada 27 Desember 1949 hingga dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1950.

Kondisi keamanan di dalam negeri juga ketika itu diwarnai dengan konflik yang memicu sejumlah gerakan pemberontakan, yakni:

  1. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun pada 1948.
  2. Pemberontakaan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan (1949-1962).
  3. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung pada 23 Januari 1950.
  4. Pemberontakan Andi Azis di Makassar pada 1950.
  5. Pemberontakan Republik Maluku Selatan pada 1950.
  6. Pemberontakan Merapi Merbabu Complex di Jawa Tengah pada 1947.
  7. Pemberontakan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Sumatera pada 1950.
  8. Pemberontakan Angkatan Umat Islam (AUI) di Kebumen pada 1950.
  9. Pemberontakan Ibnu Hadjar di Kalimantan Selatan pada 1954.
  10. Pemberontakan Batalyon 426 di Kudus pada 1950.

Karena hal itu pelaksanaan pemilihan umum perdana di Republik Indonesia baru bisa dilakukan setelah satu dasawarsa yakni pada 1955.

Pemerintahan pertama Indonesia yang dipimpin Soekarno-Hatta sebenarnya sudah menyatakan keinginan untuk menyelenggarakan Pemilu di awal 1946.

Hal itu tercantum dalam Maklumat X, atau Maklumat Wakil Presiden Mohammad Hatta pada 3 November 1945.

Dalam maklumat itu disebut bahwa Pemilu untuk memilih anggota DPR dan MPR akan diselenggarakan bulan Januari 1946. Namun, selain faktor kondisi keamanan dan politik, penyelenggaraan pesta demokrasi itu terkendala belum tersedianya perangkat perundang-undangan untuk mengatur penyelenggaraan Pemilu.

Pemerintah juga sempat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 27 tahun 1948 tentang Pemilu, yang kemudian diperbarui dengan UU Nomor 12 tahun 1949 tentang Pemilu.

Di dalam UU No 12/1949 diamanatkan bahwa pemilihan umum yang akan dilakukan adalah bertingkat (tidak langsung) dengan alasan agar tidak terjadi distorsi karena mayoritas warga negara Indonesia pada waktu itu masih buta huruf.

Mengutip Naskah Sumber Arsip Jejak Demokrasi Pemilu 1955 yang dirilis Arsip Nasional Republik Indonesia (2019), Pemilu 1955 digelar pada masa pemerintahan kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.

Dasar hukum penyelenggaraan Pemilu 1955 adalah UU Nomor 7 tahun 1953. Pemilu saat itu dilaksanakan intuk memilih anggota-anggota parlemen (DPR) dan Konstituante.

Pemilu 1955 diikuti oleh lebih 30-an partai politik dan lebih dari seratus daftar kumpulan dan calon perseorangan.

Partai politik peserta Pemilu 1955 adalah sebagai berikut:

  1. Partai Nasional Indonesia (PNI)
  2. Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)
  3. Partai Nahdlatul Ulama (NU)
  4. Partai Komunis Indonesia (PKI)
  5. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
  6. Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
  7. Partai Katolik Partai Sosialis Indonesia (PSI)
  8. Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)
  9. Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti)
  10. Partai Rakyat Nasional (PRN)
  11. Partai Buruh Gerakan Pembela Panca Sila (GPPS)
  12. Partai Rakyat Indonesia (PRI)
  13. Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI)
  14. Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba)
  15. Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki)
  16. Persatuan Indoenesia Raya (PIR) Wongsonegoro
  17. Grinda
  18. Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai)
  19. Persatuan Dayak (PD)
  20. PIR Hazairin
  21. Partai Politik Tarikat Islam (PPTI)
  22. Angkatan Kemenangan Umat Islam (AKUI)
  23. Persatuan Rakyat Desa (PRD)
  24. Partai Republik Indonesia Merdeka (PRIM)
  25. Angkatan Comunis Muda (Acoma)
  26. R. Soedjono Prawirosoedarso (perseorangan)
  27. Lain-lain

Sistem yang digunakan pada Pemilu 1955 adalah perwakilan proporsional dengan tiap daerah pemilih mendapatkan jumlah kursi atas dasar jumlah penduduknya. Setiap daerah berhak mendapatkan jatah minimal enam kursi untuk Konstituante dan tiga kursi untuk parlemen.

Setiap daerah berhak mendapatkan jatah minimal enam kursi untuk Konstituante dan tiga kursi untuk parlemen. Pemilu dilakukan dua kali, yang pertama pada tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota-anggota DPR.

Yang kedua dilakukan tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota-anggota Dewan Konstituante. Hasil Pemilu 1955 Pada Pemilu 1955 terdapat 260 jumlah kursi DPR dan 520 kursi untuk Konstituante.

Ini masih ditambah dengan 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Mulanya wilayah Indonesia dibagi dalam 16 berdasarkan sistem perwakilan proporsional. Namun dalam pelaksanaannya Irian Barat gagal melaksanakan Pemilu karena daerah tersebut masih dikuasai oleh Belanda sehingga hanya tersisa 15 daerah pemilihan.

Partai politik yang masuk dalam posisi 3 besar di DPR hasil Pemilu 1955 adalah:

  1. Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan 8.434.653 suara (22,32 persen) dan 57 kursi parlemen.
  2. Masyumi dengan 7.903.886 suara (20,92 persen) dan 57 kursi.
  3. Nahdlatul Ulama (NU) dengan 6.955.141 suara (18,41 persen) dan 45 kursi.

Berikut ini hasil lengkap perolehan suara dan kursi partai politik di DPR pada Pemilu 1955:

1. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Suara: 8.434.653 (22,32 persen)
Kursi: 57

2. Masyumi
Suara: 7.903.886 (20,92 persen)
Kursi: 57

3. Nahdlatul Ulama (NU)
Suara: 6.955.141 (18,41 persen)
Kursi: 45

4. Partai Komunis Indonesia (PKI)
Suara: 6.179.914 (16,36 persen)
Kursi: 39

5. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
Suara: 1.091.160 (2,89 persen)
Kursi: 8

6. Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
Suara: 1.003.326 (2,66 persen)
Kursi: 8

7. Partai Katolik
Suara: 770.740 (2,04 persen)
Kursi: 6

8. Partai Sosialis Indonesia (PSI)
Suara: 753.191 (1,99 persen)
Kursi: 5

9. Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)
Suara: 541.306 (1,43 persen)
Kursi: 4

10. Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti)
Suara: 483.014 (1,28 persen)
Kursi: 4

11. Partai Rakyat Nasional (PRN)
Suara: 242.125 (0,64 persen)
Kursi: 2

12. Partai Buruh
Suara: 224.167 (0,59 persen)
Kursi: 2

13. Gerakan Pembela Panca Sila (GPPS)
Suara: 219.985 (0,58 persen)
Kursi: 2

14. Partai Rakyat Indonesia (PRI)
Suara: 206.161 (0,55 persen)
Kursi: 2

15. Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI)
Suara: 200.419 (0,53 persen)
Kursi: 2

16. Murba
Suara: 199.588 (0,53 persen)
Kursi: 2

17. Baperki
Suara: 178.887 (0,47 persen)
Kursi: 1

18. Persatuan Indonesia Raya (PIR) Wongsonegoro
Suara: 178.481 (0,47 persen)
Kursi: 1

19. Grinda
Suara: 154.792 (0,41 persen)
Kursi: 1

20. Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai)
Suara: 149.287 (0,40 persen)
Kursi: 1

21. Persatuan Daya (PD)
Suara: 146.054 (0,39 persen)
Kursi: 1

22. PIR Hazairin
Suara: 114.644 (0,30 persen)
Kursi: 1

23. Partai Politik Tarikat Islam (PPTI)
Suara: 85.131 (0,22 persen)
Kursi: 1

24. AKUI
Suara: 81.454 (0,21 persen)
Kursi: 1

25. Persatuan Rakyat Desa (PRD)
Suara: 77.919 (0,21 persen)
Kursi: 1

26. Partai Republik Indonesia Merdeka (PRIM)
Suara: 72.523 (0,19 persen)
Kursi: 1

27. Angkatan Comunis Muda (Acoma)
Suara: 64.514 (0,17 persen)
Kursi: 1

28. R.Soedjono Prawirisoedarso
Suara: 53.306 (0,14 persen)
Kursi: 1

29. Lain-lain: Suara: 1.022.433 (2,71 persen)
Kursi: -

Jumlah suara: 37.785.299

Sedangkan untuk Konstituante, posisinya juga mirip dengan hasil Pemilu 1955 untuk DPR, yaitu:

  1. Partai Nasional Indonesia (PNI) 9.070.218 suara (23,97 persen) 119 kursi.
  2. Masyumi 7.789.619 suara (20,59 persen) 112 kursi.
  3. Nahdlatul Ulama (NU) 6.989.333 suara (18,47 persen) 91 kursi.

Berikut ini hasil perolehan suara dan kursi partai politik di Konstituante pada Pemilu 1955:

1. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Suara: 9.070.218
Kursi: 119

2. Masyumi
Suara: 7.789.619
Kursi: 112

3. Nahdlatul Ulama (NU)
Suara: 6.989.333
Kursi: 91

4. Partai Komunis Indonesia (PKI)
Suara: 6.232.512
Kursi: 80

5. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
Suara: 1.059.922
Kursi: 16

6. Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
Suara: 988.810
Kursi: 16

7. Partai Katolik
Suara: 748.591
Kursi: 10

8. Partai Sosialis Indonesia (PSI)
Suara: 695.932
Kursi: 10

9. Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)
Suara: 544.803 Kursi: 8

10. Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti)
Suara: 465.359
Kursi: 7

11. Partai Rakyat Nasional (PRN)
Suara: 220.652 Kursi: 3

12. Partai Buruh
Suara: 332.047 Kursi: 5

13. Gerakan Pembela Panca Sila (GPPS)
Suara: 152.892 Kursi: 2

14. Partai Rakyat Indonesia (PRI)
Suara: 134.011
Kursi: 2

15. Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI)
Suara: 179.346
Kursi: 3

16. Murba Suara: 248.633
Kursi: 4

17. Baperki
Suara: 160.456 Kursi: 2

18. Persatuan Indonesia Raya (PIR) Wongsonegoro
Suara: 162.420 Kursi: 2

19. Grinda Suara: 157.976 Kursi: 2

20. Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai)
Suara: 164.386 Kursi: 2

21. Persatuan Daya (PD)
Suara: 169.222
Kursi: 3

22. PIR Hazairin
Suara: 101.509
Kursi: 2

23. Partai Politik Tarikat Islam (PPTI)
Suara: 74.913
Kursi: 1

24. AKUI
Suara: 84.862
Kursi: 1

25. Persatuan Rakyat Desa (PRD)
Suara: 39.278
Kursi: 1

26. Partai Republik Indonesis Merdeka (PRIM)
Suara: 143.907
Kursi: 2

27. Angkatan Comunis Muda (Acoma)
Suara: 55.844
Kursi: 1

28. R.Soedjono Prawirisoedarso
Suara: 38.356 Kursi: 1

29. Gerakan Pilihan Sunda
Suara: 35.035 Kursi: 1

30. Partai Tani Indonesia
Suara: 30.060
Kursi: 1

31. Radja Keprabonan
Suara: 33.660
Kursi: 1

32. Gerakan Banteng Republik Indonesis (GBRI)
Suara: 39.874
Kursi: 1

33. PIR NTB
Suara: 33.823
Kursi: 1

34. L.M.Idrus Effendi
Suara: 31.988
Kursi: 1

35. Lain-lain
Suara: 426.856 Kursi: -

Jumlah suara 37.837.105

Sumber: Badan Pusat Statistik

https://nasional.kompas.com/read/2022/05/22/18010091/hasil-pemilu-1955-sejarah-hingga-perolehan-suara-partai-politik

Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke