"Sejauh ini, para ahli termasuk WHO menyatakan belum ada gejala khas yang ditimbulkan dari kasus positif Omicron," kata Wiku dalam keterangannya melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (10/1/2022).
Namun, Wiku mengatakan, populasi yang berisiko terinfeksi varian Omicron adalah lansia, penderita komorbid, warga yang belum divaksin, dan pekerja publik.
Oleh karenanya, ia meminta kelompok-kelompok tersebut mengurangi interaksi dengan kontak erat dan mengurangi bepergian ke tempat yang memiliki keramaian.
"Secara spesifik orang-orang pada kelompok rentan ini dimohon untuk mengurangi frekuensi interaksi dengan kontak erat, mengurangi berpergian ke tempat yang ramai atau kerumunan, terutama bagi mereka yang tidak memungkinkan untuk divaksin," ujarnya.
Lebih lanjut, melihat jumlah kasus Omicron di Indonesia yang semakin meningkat, Wiku meminta masyarakat mengurangi kegiatan tatap muka.
Ia mengatakan, kegiatan bekerja dari rumah dapat diterapkan kembali untuk menekan penularan Covid-19.
"Dan meminimalisir mobilitas ke luar negeri, jika tidak dalam keadaan mendesak," ucap dia.
Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga Kamis melaporkan, total kasus Covid-19 akibat varian Omicron di Indonesia mencapai 1.078, terhitung sejak diumumkan pertama kali pada 16 Desember 2022.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 756 kasus berasal dari pelaku perjalanan dari luar negeri 257 kasus merupakan transmisi lokal dan 65 kasus belum diketahui atau dalam pemeriksaan epidemiologi.
https://nasional.kompas.com/read/2022/01/21/08390371/satgas-sebut-belum-ada-gejala-khas-yang-timbul-akibat-varian-omicron