Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, dampak fenomena la nina dengan peningkatan curah hujan hingga 70 persen atau intensitas lemah hingga moderate di tahun 2020 lalu akan terulang di bulan November 2021 hingga Januari 2022.
“Ini diperkirakan atau diprediksi akan menunjukkan peningkatan curah hujan secara konsisten, terutama sepanjang November 2020 hingga Januari 2021,” kata Dwikorita dalam acara virtual “Webinar Antisipasi dan Kesiapsiagaan dalam Menghadapi La Nina dan Bencana Hidrometeorologi”, Jumat (29/10/2021).
Dwikorita menyampaikan, peningkatan curah hujan di bulan November ini diperkirakan mencapai 70 hingga 100 persen di berbagai wilayah Indonesia.
Beberapa daerah di antaranya Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, kemudian secara sporadic di Sumatera, kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara.
“Ini mohon perhatian intensitas curah hujan intensitas curah hujan dapat mencapai lebih dari 70 persen dari normalnya, kurang lebih seperti tahun lalu,” kata dia.
Selanjutnya, untuk bulan Desember 2021, diperkirakan akan mengalami peningkatan seperti di bulan November.
Menurut dia, peningkatan curah hujan akan terjadi di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, hingga Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan.
Kemudian, peningkatan curah hujan secara sporadis juga terjadi di Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, serta Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara.
Namun, di bulan Desember juga akan terjadi kemungkinan kekeringan di Pulau Kalimantan, terutama Kalimantan Barat.
“(Peningkatan curah hujan) 70 sampai 100 persen di sebagian besar wilayah Indonesia, meskipun sebagian daerah lainnya warnanya orange, artinya itu justru kekurangan air, jadi intensitas hujannya menurun,” ucap dia.
Lebih lanjut, peningkatan curah hujan di bulan Januari 2021 juga diprediksi masih tinggi dan ancaman kekeringan pada bulan Desember semakin berkurang.
Bahkan, Dwikorita mengatakan, dampak la nina akan semakin meluas di seluruh wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan sebagian Nusa Tenggara Timur.
Peningkatan curah hujan secara sporadis juga hampir merata di Sumatera, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Gorontalo.
“Ini mohon diprehatikan peningkatan curah hujan bulanan yang semakin tinggi dapat mencapai lebih dari 70 persen, bahkan ada yang lebih dari 100 persen,” ucap dia.
Dwikorita mengatakan, bulan Februari 2022, peningkatan curah hujan di bagian selatan wilayah Indonesia sudah mulai menurun.
Namun, curah hujan masih tinggi dan merata di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Timur.
“Ini nampaknya semakin berkurang di Februari, tapi masih merata dan luas di wilayah Jawa,” kata dia.
Ia juga mengatakan, pada bulan Januari hingga Februari 2022 akan sering terjadi badai tropis yang muncul wilayah Nusa Tenggara Timur.
Maka dari itu, ia mengimbau masyarakat dan pihak terkait untuk waspada dan mempersiapkan kemungkinan adanya badai tropis serta peningkatan curah hujan di awal tahun 2022.
“Jadi mohon perhatian bahwa dalam satu pulau bisa saja terjadi peningkatan curah hujan yang ekstrim, namun juga terjadi penurunan curah hujan yang ekstrem. Hal ini mohon perlu dicermati,” kata Dwikorita.
https://nasional.kompas.com/read/2021/10/29/10482621/bmkg-prediksi-peningkatan-curah-hujan-hingga-100-persen-pada-november