Salin Artikel

Profil Suryadi Suryadarma, Bapak Angkatan Udara yang Bangun Kekuatan Angkasa NKRI

Ia merupakan Kepala Staf TNI Angkatan Udara yang pertama dan terlama, mulai mejabat sejak 1946 hingga 1962.

Dalam pengantar buku Aku Sayap Tanah Air!: Kisah Hidup dan Perjuangan Bapak AURI, Marsekal R Soeriadi Suryadarma (2015), Marsekal (Purn TNI) Chappy Hakim menulis bahwa Suryadi merupakan "Bapak AURI".

"Sebuah nama besar yang sudah terpateri kokoh dalam perjalanan sejarah Bangsa Indonesia sebagai salah seorang dari beberapa pionir, pelopor yang begitu besar jasanya dalam membangun sebuah kekuatan udara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang dibangun sejak Indonesia baru mengecap kemerdekaannya," tulis Chappy Hakim.

Lalu seperti apa perjalanan hidup Marsekal Suryadi Suryadarma?

Suryadi lahir di Kota Banyuwangi, Jawa Timur, 6 Desember 1912. Ia merupakan anak dari R. Suryaka Soerjadarma dan masih memiliki garis keturunan dari Kraton Kanoman, Cirebon.

Suryadi yang sejak kecil merupakan yatim piatu tinggal bersama kakeknya bernama Pangeran Boi Suryadarma di Jakarta.

Perjalanan karir Suryadi menjadi seorang penerbang di era Hindia Belanda tidaklah mudah.

Untuk menjadi seorang penerbang, ia harus mendapatkan menempuh pendidikan di Akademi Militer Belanda atau KMA (Koninklijke Militaire Academic) di Breda, Belanda.

Ia mulai mendaftar ke KMA pada tahun 1931 dan menyelesaikan pendidikan selama tiga tahun.

Lulus dari sekolah militer, Suryadi bergabung dengan Angkatan Darat Hindia Belanda atau KNIL (Koninklijke Nederlandsch Indische Leger) dan ditugaskan di Nijmigen, Belanda.

Namun, satu bulan kemudian Suryadi dipindahkan ke Batalyon I Infantri di Magelang sampai bulan November 1936.

Ketika itu, dengan bekal pangkat Letnan Dua, ia mengikuti tes masuk sekolah penerbangan di Kalijati.

Hasil dari keuletannya, Suryadi pun diterima sebagai siswa penerbang.

Sayangnya, setelah lulus dari sekolah penerbangan pada Juli 1938, ia tak pernah diberikan Brevet Penerbangan lantaran di era Hindia Belada terdapat politik diskriminasi yang tidak mengizinkan perwira Indonesia menjadi penerbang.

Oleh karenanya, ia hanya berkesempatan menjadi navigator.

KSAU pertama

Dikutip dari laman tni.au.mil.id, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, melalui sidang PPKI pertama pada 22 Agustus 1945 dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR).

Adapun untuk daerah yang memiliki pangkalan udara dibentuk BKR udara yang keanggotaannya terdiri dari para pemuda anggota penerbang bekas Hindia Belanda dan Jepang.

Pada 5 Oktober 1945, pemerintah mengganti nama BKR menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sekaligus membentuk Markas Tertinggi TKR di Yogyakarta.

Saat itu, Mayor Jendral Urip Sumohardjo menjabat sebagai Kepala Staf Umum. Sejalan dengan pembentukan TKR, Urip memiliki gagasan untuk membentuk TKR Udara di Indonesia.

Pada akhir September, Suryadi dipanggil Urip ke markas tertinggi TKR di Yogyakarta terkait pembentukan angkatan udara.

Tak lama setelah pemanggilan tersebut, Suryadi pun ditunjuk untuk memimpin TKR Penerbangan bersama Surkanen Martokusumo sebagai wakilnya.

Dalam mengembangan kekuatan udara, TKR Penerbangan di bawah kepemimpinan Suryadi memperbaiki pesawat-pesawat peninggalan Jepang, pesawat jenis latih kala itu berhasil diperbaiki dan mengudara di atas pangkalan udara Maguwo Yogyakarta.

Hal ini sekaligus menunjukkan eksistensi TKR Penerbangan dari jajaran angkatan lainnya.


Pada 24 Januari 1946, TKR Penerbangan berganti nama menjadi TKR Jawatan Penerbangan.

Suryadi bersama anggota TKR Penerbangan terus berupaya memperbaiki pangkalan-pangkalan udara dan memanggil para mantan penerbang di era Hindia Belanda dan Jepang melalui media massa.

Kemudian, pada 9 April 1946, TKR Jawatan diganti nama menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) melalui Penetapan Presiden Nomor 6/SD/1946, yang hingga kini diperingati sebagai lahirnya TNI AU. Suryadi menjabat sebagai Kepala Staf TRI AU dengan pangkat Komodor Udara atau Mayor Jendral di Angkatan Udara.

Sejak menjabat sebagai KSAU, Suryadi banyak melakukan penerbangan ke berbagai daerah di Indonesia.

Ia dengan berani ikut terbang ke Yogyakarta, dari cross-country flight ke Gorda (Serang), dengan menggunakan pesawat peninggalan Jepang, meskipun akhirnya harus melakukan pendaratan darurat.

Pada aksi militer Belanda II tahun 1948, Suryadi pernah ditawan dan dibuang ke Pulau Bangka. Ia ditawan bersama pejabat militer lainnya, penawanan ini digunakan Belanda untuk menekan Suryadi.

Pada tahun 1962, Presiden Soekarno menyetjui pengunduran diri Suryadi sebagai KSAU. Kemudian ia diangkat menjadi penasihat Militer Presiden RI di Jakarta sampai dengan tahun 1965.

Semasa hidupnya, ia pernah dipilih menjadi Kepala Staf Angkatan Perang dan pernah menjabat sebagai Menteri Pos dan Telekomunikasi (Postel) di Jakarta.

https://nasional.kompas.com/read/2021/10/07/12000311/profil-suryadi-suryadarma-bapak-angkatan-udara-yang-bangun-kekuatan-angkasa

Terkini Lainnya

Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Nasional
Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Nasional
KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

Nasional
Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Nasional
KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Nasional
Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Nasional
Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasional
Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Nasional
[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

Nasional
[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

Nasional
Tanggal 7 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung Periksa Adik Harvey Moeis Jadi Saksi Kasus Korupsi Timah

Kejagung Periksa Adik Harvey Moeis Jadi Saksi Kasus Korupsi Timah

Nasional
SYL Mengaku Bayar Eks Jubir KPK Febri Diansyah Jadi Pengacara dengan Uang Pribadi

SYL Mengaku Bayar Eks Jubir KPK Febri Diansyah Jadi Pengacara dengan Uang Pribadi

Nasional
PDI-P Sebut Pemanggilan Hasto oleh Polda Metro Jaya Upaya Bungkam Suara Kritis

PDI-P Sebut Pemanggilan Hasto oleh Polda Metro Jaya Upaya Bungkam Suara Kritis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke