Valentina mengakui bahwa masih ada beberapa hal dari lima prinsip Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) yang belum dapat terpenuhi.
Kelima prinsip tersebut adalah prinsip kebebasan, partispasi, perlindungan, pemenuhan diri, dan harkat martabat.
"Buktinya masih banyak kasus kekerasan terhadap kelompok lansia yang meningkat. Ini harus ada solusi-solusi yang kita buat," kata Valentina di acara Pembukaan dan Diskusi Publik Rangkaian Konferensi Nasional Mengenai Perlindungan Lansia, Rabu (22/9/2021).
Menurut dia, masuknya lansia ke dalam kelompok rentan kekerasan juga dipengaruhi berbagai faktor dan bukan hanya karena kemiskinan semata.
Oleh karena itu, banyak hal yang harus dilakukan untuk memastikan bagaimana peran lansia agar dapat masuk ke dalam pemberdayaan masyarakat.
Meskipun, kata dia, sudah banyak lansia yang aktif di beberapa kelompok aktivitas masyarakat.
"Kami sangat setuju bahwa mandiri, sejahtera, dan bermartabat, sehat penting untuk kita lakukan (kepada lansia)," ujar Valentina.
Pihaknya pun mendukung berbagai program untuk memastikan keluarga agar bisa menginternalisasi para lansia yang ada di keluarganya.
Ini termasuk di tingkat nasional, pihaknya juga sudah melakukan program literasi untuk memberdayakan kelompok-kelompok lansia.
"Kami memberdayakan lansia untuk bisa aktif dan tidak membatasi ruang-ruang gerak mereka," ucap dia.
Selain itu, pada tahun 2010 pihaknya sudah membuat model perlindungan lansia yang responsif gender.
Salah satunya adalah dengan menggalakkan desa ramah perempuan dan peduli anak.
"Kami sudah memastikan indikatornya adalah bagaimana keterlibatan lansia dalam pembangunan desa," kata dia.
Sebab, partisipasi anak dan lansia dalam proses pembangnan dinilainya sangat penting.
Mengingat, kebutuhan lanisa bukan eksklusif tapi ada hal-hal yang tidak terpikir masyarakat umum.
https://nasional.kompas.com/read/2021/09/22/13240881/kementerian-pppa-perlu-dibuat-solusi-atasi-masalah-lansia