JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih menginvestigasi dugaan efek samping fatal dari vaksin AstraZeneca batch (kumpulan produksi) CTMAV547.
"Investigasi yang dilakukan adalah pengujian toksisitas dan abnormal serta sterilisasi dari vaksin tersebut," ujar Wiku, dalam konferensi pers virtual melalui YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (20/5/2021).
Sementara itu, menurut Wiku, terkait laporan efek samping yang berskala ringan hingga sedang sudah ditangani di fasilitas kesehatan terdekat.
Pada prinsipnnya, ia mengatakan, temuan di lapangan akan terus ditindaklanjuti secara berjenjang di faskes terdekat maupun kelompok kerja (pokja) Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (PP-KIPI) kabupaten/kota.
Kemudian Komisi Daerah PP-KIPI, Komisi Nasional PP-KIPI hingga Sub Direktorat Imunisasi BPOM.
"Mohon kepada masyarakat agar tidak ragu melaporkan keluhan serta vaksinasi karena setiap laporan yang masuk dari daerah akan sangat bermanfaat bagi pelaksanaan vaksinasi ke depannya bagi Indonesia dan secara global," kata Wiku.
Wiku menambahkan, pemberian vaksin astrazeneca non-batch CTMAV547 akan tetap dilakukan.
Khususnya bagi masyarakat yang hanya baru menerima dosis pertama demi mencapai kekebalan individu sempurna dengan dosis kedua.
Sementara itu, pemerintah sedang menjalankan program vaksinasi tahap ketiga yang diawali di provinsi DKI Jakarta.
Selanjutnya secara bertahap mulai Juni, program ini akan dilaksanakan di kota-kota lainnya, yakni Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan Medan.
"Vaksinasi tahap ketiga ini akan memprioritaskan lansia yang termasuk dalam kelompok rentan dari aspek sosial dan ekonomi," tambah Wiku.
Sebelumnya, pemerintah menghentikan sementara distribusi dan penggunaan vaksin AstraZeneca batch CTMAV547.
Selama penghentian itu, BPOM akan melakukan pengujian toksisitas dan sterilitas untuk memastikan keamanan vaksin.
"Ini adalah bentuk kehati-hatian pemerintah untuk memastikan keamanan vaksin ini," kata Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, dalam keterangan tertulis yang yang diterima Kompas.com, Minggu (16/5/2021).
Nadia menegaskan, tidak semua batch vaksin AstraZeneca dihentikan distribusi dan penggunaannya, melainkan hanya batch CTMAV547.
Vaksin AstraZeneca batch CTMAV547 berjumlah 448.480 dosis dan merupakan bagian dari 3,852 juta dosis vaksin yang diterima Indonesia pada 26 April 2021 melalui skema Covax Facility/World Health Organization (WHO).
Vaksin batch tersebut sudah didistribusikan untuk TNI dan sebagian ke wilayah DKI Jakarta dan Sulawesi Utara.
Menurut Nadia, pengujian toksisitas dan sterilitas vaksin oleh BPOM memerlukan waktu selama satu hingga dua pekan.
"Batch AstraZeneca selain CTMAV547 aman digunakan sehingga masyarakat tidak perlu ragu," ujarnya.
Terkait dengan laporan KIPI serius yang diduga berkaitan dengan AstraZeneca batch CTMAV547, lanjut Nadia, Komnas KIPI telah merekomendasikan BPOM untuk melakukan uji sterilitas dan toksisitas terhadap kelompok tersebut.
Ia menyebut, data yang ada saat ini tidak cukup untuk menegaskan diagnosis penyebab dan klasifikasi dari KIPI.
Namun demikian, Nadia meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak percaya pada informasi bohong atau hoaks terkait hal ini.
"Masyarakat diharapkan selalu mengakses informasi dari sumber terpercaya," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2021/05/21/06171911/dugaan-efek-samping-fatal-dari-vaksin-astrazeneca-masih-diinvestigasi