Dua metode itu yaitu melalui donor plasma konvalesen dan terapi stem cell.
Bambang mengatakan, kabar baik datang dari Universitas Indonesia (UI) yang sedang mengembangkan terapi Mesenchymal Stem Cell (MSC).
Disebutkan, terapi stem cell efektif membantu pasien Covid-19 dengan gejala berat.
"Dalam uji klinis menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan Stem Cell 2,5 kali lebih mudah sembuh pada kasus Covid-19 yang berat. Jadi ini bermanfaat bagi kasus yang berat," kata Bambang dalam rapat Komisi IX, Rabu (3/2/2021).
Bambang menjelaskan, stem cell bekerja dengan mengganti jaringan yang rusak di dalam tubuh akibat virus coorna.
Saat ini, lanjut dia, terapi stem cell tengah diproses untuk mendapatkan izin secara resmi untuk membantu pasien Covid-19 dengan gejala berat.
"Stem cell ini yakni mengganti jaringan paru yang rusak akibat Covid-19," ujarnya.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan, plasma konvalesen lebih efektif diberikan kepada pasien Covid-19 dengan gejala sedang.
Ia mengatakan, berdasarkan hasil uji klinis, donor plasma konvalesen lebih bagus berasal dari penyintas dengan gejala Covid-19 berat.
"Jadi sumbernya (donor plasma konvalesen) lebih bagus yang berat dan penerimanya lebih bagus (gejala) sedang. Artinya, tingkat kesembuhannya 100 persen, kalau yang berat memang tingkat kesembuhannya tidak 100 persen, alias ada yang tentunya meninggal," pungkasnya.
https://nasional.kompas.com/read/2021/02/03/21302151/menristek-pasien-covid-19-gejala-berat-25-kali-lebih-mudah-sembuh-dengan