Menurutnya, klaster keluarga bisa terjadi karena penularan Covid-19 yang berasal dari klaster-klaster lain.
"Hari ini yang perlu kita sadari bersama adalah antara klaster satu dengan yang lain sudah saling bertemu. Dan bertemunya di keluarga," ujar Hasto dalam talkshow daring bersama Satgas Penanganan Covid-19 ywng ditayangkan di kanal YouTube resmi BNPB, Kamis (8/10/2020).
"Karena itulah adanya klaster keluarga itu tidak bisa dihindari," lanjutnya.
Oleh karena itu, penanganan Covid-19 sebaiknya juga memberikan perhatian lebih kepada klaster keluarga.
Caranya, dengan menyosialisasikan disiplin 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) di keluarga.
Dengan begitu, potensi penularan Covid-19 dari anggota keluarga yang aktif berada di rumah bisa diminimalisasi.
"Klaster keluarga inilah yang strategis untuk dilakukan suatu treatment, intervensinya di situ," tegas Hasto.
"Ketika keluarga ini kita kuatkan, anak-anak yang ada di dalam keluarga itu bisa menjaga orangtuanya atau neneknya yang memiliki komorbid sehingga terhindar dari penularan maupun mortalitas (meninggal dunia)," tambahnya.
Sebelumnya, anggota Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengingatkan potensi terjadinya klaster penularan Covid-19 di keluarga yang disebabkan faktor dari luar rumah.
Menurut Dewi, yang perlu dicermati adalah saat ada anggota keluarga sering berkegiatan di luar rumah.
"Sering kali anggota keluarga positif karena ada kegiatan di luar rumah. Yang kemudian (Covid-19) terbawa ke rumah dan orang-orang di rumah menjadi tertular," ujar Dewi dalam talkshow daring yang ditayangkan di kanal YouTube BNPB, Rabu (30/9/2020).
Anggota keluarga tersebut bisa jadi tertular saat berada di kantor, di jalan, atau sejumlah lokasi lain.
Namun, lanjut dia, keberadaan klaster keluarga juga tercatat bisa memengaruhi penularan Covid-19 di tempat lain.
Dewi mencontohkan adanya karyawan salah satu hotel di Jakarta yang tertular Covid-19 bukan dari rekan kerjanya.
Kondisi ini diketahui saat karyawan tersebut positif dan rekan-rekannya menjalani tes swab PCR.
Kemudian, sebanyak 50 rekannya yang menjadi kontak erat menjalani tes swab PCR sebagai bagian langkah tracing kasus penularan tersebut.
Hasilnya, 50 karyawan itu tidak ada satu pun yang positif Covid-19.
"Saat ditelusuri lagi, ternyata ada dua keluarganya yang positif Covid-19. Sehingga, baru diketahui adanya klaster keluarga dalam kasus ini," ucap Dewi.
"Dalam kondisi ini, penularan pada klaster keluarga dibawa ke tempat kerja,'' tuturnya.
Merujuk pada hal itu, Dewi mengingatkan, ada sejumlah langkah yang harus dilakukan agar klaster keluarga bisa dicegah.
Pertama, masyarakat diminta tidak bepergian keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang sangat mendesak.
Kedua, para anggota keluarga harus mengetahui dari mana potensi penularan Covid-19 berasal.
"Misalnya dari anggota keluarga lain yang sering bepergian ke luar rumah, dari asisten rumah tangga yang sering ke pasar, dari sopir, dan sebagainya," tutur Dewi.
Ketiga, apabila merasa ada gejala Covid-19 masyarakat harus tetap menggunakan masker meski berada di luar rumah.
Keempat, tetap menerapkan protokol kesehatan saat menerima kunjungan orang lain di rumah.
Kelima, masyarakat diminta mengurangi kegiatan sosial luar rumah.
"Keenam, jangan jalan-jalan atau piknik ke tempat keramaian," ujar Dewi.
"Ketujuh, terapkan protokol kesehatan di mana pun anda berada," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/10/08/15223551/kepala-bkkbn-ingatkan-klaster-klaster-covid-19-dari-berbagai-tempat-bertemu