Setidaknya terdapat dua komponen dalam sistem pelayanan kesehatan yang mulai merasakan imbas dari meningkatnya kasus baru di Jakarta, yaitu puskesmas dan mobil ambulans.
"Sejauh ini puskesmas di Jakarta agak overwhelmed (kewalahan) karena jumlah penderitanya tetap banyak," ujar Kabid Koordinator Relawan Medis Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Jossep William dalam konferensi pers yang digelar BNPB, Senin (21/9/2020).
Ia mengatakan, baik tenaga medis maupun relawan yang ada di lapangan saat ini sedang sibuk berjibaku menangani pasien, terutama dalam sepekan terakhir.
Hal itu terjadi seiring semakin meningkatnya jumlah warga yang terinfeksi Covid-19.
Selain puskesmas, mobil ambulans yang dimiliki Satgas Penanganan Covid-19 juga mulai keteteran.
Bahkan, Satgas terpaksa memberlakukan sistem antrean agar pasien yang dibawa ambulans bisa sampai ke Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.
Oleh karena itu, ketika masyarakat telah mengadu, petugas tidak langsung melakukan penjemputan karena adanya sistem antrean.
"Jadi tidak langsung dikontak dan bisa langsung kita jemput," kata dia.
Di sisi lain, Jossep berharap masyarakat bisa mematuhi protokol kesehatan agar kondisi puskesmas dan ambulans tidak semakin keteteran.
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, kasus di DKI Jakarta belakangan ini mengalami peningkatan signifikan.
Dalam tiga hari belakangan ini, misalnya, sebanyak 988 kasus baru terjadi pada Sabtu (19/9/2020).
Kemudian, pada Minggu (20/9/2020), terdapat 1.138 kasus baru. Lalu, pada Senin (21/9/2020) terjadi penambahan 1.352 kasus baru.
Hingga Senin kemarin, kasus terkonfirmasi positif di Jakarta mencapai 63.318 kasus.
Total jumlah kasus ini menempatkan Jakarta sebagai pemuncak kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Tanah Air.
Minta tambahan tenaga kesehatan dan ambulans
Satgas saat ini tengah berkoordinasi dengan sejumlah organisasi profesi guna menambah tenaga kesehatan untuk menangani pasien di sejumlah rumah sakit darurat.
"Kita sedang meminta kembali ke organsiasi profesi untuk menambah tenaga (kesehatan) ini," ungkap Jossep.
Satgas sejauh ini telah meminta tambahan tenaga kesehatan ke Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Ia menuturkan, hingga kini, terdapat sekitar 2.000 perawat dan sejumlah bidan yang masih siap bekerja.
Permintaan penambahan tersebut dilakukan karena kondisi tenaga kesehatan yang ada saat ini mulai letih.
"Memang saat ini tenaga medis yang ada cukup keletihan juga," terang Jossep.
Ia menambahkan, pihaknya terus berupaya membuat tenaga kesehatan tetap bisa gembira dan semangat menghadapi situasi saat ini.
Apalagi, penanganan pasien juga diprediksi masih lama karena semakin masifnya penyebaran Covid-19 di Tanah Air.
"Pekerjaan kita masih panjang, masih belum ada tanda-tanda ada turun, tapi malah naik terus," tutur Jossep.
Tak hanya permintaan tambahan tenaga kesehatan, Satgas juga tengah berupaya menambah jumlah armada ambulans untuk wilayah Jakarta untuk mengangkut pasien ke RSD Covid-19 Wisma Atlet.
Sebab, jumlah ambulans yang dimiliki Satgas tak lagi cukup untuk mengangkut pasien yang makin bertambah.
"Kita sekarang tengah berusaha untuk menambah lagi ambulans yang ada," ujar Jossep.
Jossep mengungkapkan, Satgas saat ini memiliki sembilan armada ambulans yang tengah dioperasikan.
Namun, jumlah itu masih kurang dengan makin meningkatnya jumlah pasien Covid-19 di wilayah Ibu Kota.
Menurut Jossep, upaya penambahan mobil ambulans sedang dilakukan melalui corporate social responsibility (CSR).
Kendati demikian, ia menekankan bahwa penambahan mobil ambulans itu tersebut bukan merupakan penyelesaian masalah.
Ia mengatakan, kunci penyelesaian masalah terkait meningkatnya jumlah pasien ada pada masyarakat itu sendiri, yakni dengan penerapan protokol kesehatan.
"(Penyelesaian) tetap ada di masyarakat dan masyarakat harus lebih peduli," kata Jossep.
Sistem kesehatan dikhawatirkan ambruk
Jossep mengkhawatirkan, sistem kesehatan di Indonesia ambruk jika masyarakat terus mengabaikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
"Kita butuh sekali bantuan masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan, karena kalau kita terus seperti ini, semua sistem (kesehatan) yang ada di kita ini akan ambruk," terang Jossep.
Menurut Jossep, ketika sistem kesehatan ambruk, hal itu akan menambah masalah dalam upaya menangani Covid-19 di Indonesia.
Terlebih, sistem kesehatan di Indonesia saat ini sudah dalam kondisi kewalahan.
Karena itu, pihaknya pun memohon supaya masyarakat benar-benar mematuhi protokol kesehatan agar sistem kesehatan tetap kokoh dengan tidak adanya peningkatan jumlah pasien terinfeksi Covid-19.
"Jadi mohon bantuan dari masyarakat untuk sama-sama bekerja sama," kata dia.
"Patuhi protokol kesehatan dan hindari berkumpul, jaga jarak, cuci tangan, pakai masker," ucap Jossep.
RSD Wisma Atlet rawat 3.852 pasien Covid-19
Di RSD Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, sendiri terdapat 3.852 pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang tengah menjalani perawatan.
Berdasarkan data Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I, Senin (21/9/2020) pukul 08.00 WIB, total pasien terkonfirmasi positif tersebut berasal dari akumulasi pasien yang berada di tiga menara.
Sebanyak 2.355 pasien terkonfirmasi positif dirawat di Tower 6 dan 7.
Kedua tower ini dihuni oleh pasien Covid-19 bergejala ringan dan sedang.
Sementara, 1.497 pasien Covid-19 lainnya menempati Tower 5 sebagai flat isolasi mandiri bagi pasien Covid-19 berstatus orang tanpa gejala (OTG).
Adapun Tower 4 yang diperuntukan untuk isolasi mandiri pasien OTG mulai beroperasi Senin kemarin.
Tower 8 disiapkan sebagai antisipasi apabila terjadi lonjakan pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dadakan tersebut.
"Kita siapkan satu (menara), Tower 8, kira-kira bisa 2.000-an bed," ujar Koordinator RSD Wisma Atlet, Mayjen TNI Tugas Ratmono dalam konferensi pers yang digelar BNPB, Senin (21/9/2020).
Dalam persiapan tower tersebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad).
Dari koordinasi itu, ada kemungkinan pemerintah tak hanya membuka Tower 8, tetapi juga dua tower lainnya, yakni Tower 9 dan Tower 10.
Ketiga tower tersebut sebelumnya digunakan untuk pekerja migran Indonesia (PMI) yang menjalani isolasi mandiri setibanya di Tanah Air.
Tugas mengatakan, jika dikalkulasikan, jumlah tempat tidur yang tersedia dari ketiga tower tersebut mencapai sekira 10.000 unit.
"Semua bed itu bisa menampung sampai 10.000 (unit), sehingga kita harapkan bisa mengurangi beban dari semua sistem layanan kesehatan di DKI juga," kata Tugas.
https://nasional.kompas.com/read/2020/09/22/06321721/saat-puskesmas-dan-ambulans-di-jakarta-kian-kewalahan-tangani-pasien-covid