Salin Artikel

Ketua Komisi I Sebut Wajar Terjadi Penurunan Jalannya Demokrasi Selama Pandemi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid menilai wajar terjadinya penurunan penilaian masyarakat terhadap jalannya demokrasi di Indonesia selama pandemi Covid-19.

Hal itu disampaikan Meutya saat merespons hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 12-15 Agustus 2020 yang menyatakan tingkat kepuasan masyarakat berada di angka 67 persen.

Sebab, Jumlah tersebut turun 7 persen dibandingkan sebelum Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020.

“Meskipun ada penurunan pelaksanaan demokrasi, angkanya tetap tinggi. Dalam situasi sulit dan tantangan menghadapi Covid-19, angka penurunan merupakan gejala normal. Insya Allah bisa diperbaiki,” kata Meutya dalam sebuah acara rilis survei, Minggu (23/8/2020).

Meutya mengatakan, komitmen masyarakat terhadap demokrasi dinilai masih tinggi, yakni 71 persen. Oleh sebab itu, dia yakin semua akan meningkat seiring dengan membaiknya kinerja pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin.

Selain itu, hasil survei tersebut, menurut Meutya membantahkan pernyataan kelompok masyarakat yang beberapa waktu lalu mengecam jalannya demokrasi dan menuntut menegakkan kembali Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Meskipun tak menyebut secara jelas kelompok masyarakat yang mengecam jalannya demokrasi.

Namun, pada tanggal 18 Agustus 2020 lalu, kelompok masyarakat yang menamakan diri sebagai KAMI menuntut sejumlah perbaikan dalam penanganan Covid-19 dan mengatasi krisis ekonomi.

Adapun kelompok masyarakat KAMI adalah forum yang terdiri dari sejumlah tokoh seperti Din Syamsuddin (Mantan Ketua PP Muhammadiyah), Gatot Nurmantyo (Mantan Panglima TNI), MS Ka’ban (Mantan Menteri Kehutanan), Ahmad Yani (Mantan Politisi PPP), Said Didu (Mantan Sekretaris Kementerian BUMN), dan lain-lain.

KAMI menyatakan delapan tuntutannya kepada Presiden Jokowi. Selain itu menuntut pemerintah, DPR, DPD, dan MPR untuk menyelenggarakan negara sesuai dengan UUD 1945.

Lebih lanjut politisi Golkar ini mengomentari hasil survei SMRC yang menunjukkan 82 persen masyarakat menilai buruk ekonomi saat ini.

Menurut dia, keadaan itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di semua negara. Meskipun keadaan ekonomi dianggap buruk, 65 persen masyarakat yakin presiden dan pemerintah bisa membawa Indonesia dari krisis ini.

“Ini modal utama DPR dan pemerintah untuk menggiatkan stimulus, bansos, dan refocusing anggaran,” tutur Meutya.

Sebelumnya, dalam survei nasional SMRC ditemukan tingkat kepuasan publik pada jalannya demokrasi di Indonesia mengalami sedikit kemunduran pada masa Covid-19, yakni dari 74 persen menjadi 67 persen.

Sementara preferensi pada demokrasi turun sebanyak 11 persen, dari 82 persen menjadi 71 persen.

Penurunan ini dinilai wajar mengingat Covid-19 yang mendatangkan krisis ekonomi yang sangat dalam bagi masyarakat Indonesia.

Walaupun mengalami penurunan, tapi kepuasan publik secara keseluruhan pada jalannya demokrasi dinilai masih sangat baik.

https://nasional.kompas.com/read/2020/08/23/19271141/ketua-komisi-i-sebut-wajar-terjadi-penurunan-jalannya-demokrasi-selama

Terkini Lainnya

KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

Nasional
Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

Nasional
Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

Nasional
Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

Nasional
KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

Nasional
Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

Nasional
Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

Nasional
Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

Nasional
Mantan Pegawai Jadi Tersangka, Bea Cukai Dukung Penyelesaian Kasus Impor Gula Ilegal

Mantan Pegawai Jadi Tersangka, Bea Cukai Dukung Penyelesaian Kasus Impor Gula Ilegal

Nasional
Temui Jokowi, GP Ansor Beri Undangan Pelantikan Pengurus dan Bahas Isu Kepemudaan

Temui Jokowi, GP Ansor Beri Undangan Pelantikan Pengurus dan Bahas Isu Kepemudaan

Nasional
Grace Natalie dan Juri Ardiantoro Akan Jalankan Tugas Khusus dari Jokowi

Grace Natalie dan Juri Ardiantoro Akan Jalankan Tugas Khusus dari Jokowi

Nasional
Jadi Saksi Karen Agustiawan, Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor

Jadi Saksi Karen Agustiawan, Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

Nasional
Mengganggu Pemerintahan

Mengganggu Pemerintahan

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan kepada 2 Anak SYL, Capai Miliaran Rupiah?

Daftar Aliran Uang Kementan kepada 2 Anak SYL, Capai Miliaran Rupiah?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke