Menurut Irwansyah, seharusnya program tersebut dibuat pemerintah jauh sebelum banyak warga yang terpapar virus corona di Indonesia.
"Program kampanye masker pemerintah sebenarnya sudah sangat terlambat, apalagi setelah Indonesia mengetahui Covid-19 sejak akhir Januari 2020," kata Irwasyah saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (6/8/2020).
Irwansyah menyebutkan, komunikasi publik yang dilakukan pemerintah terlihat tidak tegas.
Sebab, pada awalnya anjuran pemerintah terkait masker adalah untuk orang yang sakit. Pernyataan ini disampaikan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
"Plin plan pemerintah terlihat dari ketidaktegasan dalam penggunaan masker. Awalnya yang diminta menggunakan masker adalah yang sakit. Ini menjadi stigma bahwa yang sakit yang berbahaya, padahal saat itu tes belum diberlakukan," ujar Irwansyah.
"Kemudian, semua orang diminta menggunakan masker baik yang sakit ataupun tidak sakit,” kata dia.
Irwasyah mengatakan bahwa masyarakat Indonesia sudah sadar pentingnya memakai masker.
Kendati ada yang belum menggunakannya, menurut dia, akibat ketersediaan saat itu yang belum memadai.
"Ketika sekarang ada gerakan kampanye menggunakan masker untuk siapa lagi? Masyarakat sudah tahu. Yang tidak menggunakan masker lebih karena ketidaktersediaan masker pada saat itu," ucap Irwansyah.
"Tetapi sekarang sebagian besar masyarakat sudah tahu dan peduli bahkan sadar tentang penggunaan masker baik untuk dirinya maupun orang lain," tutur dia.
Menurut Irwansyah komunikasi pemerintah seharusnya lebih pada upaya-upaya penanganan Covid-19, misalnya upaya pembuatan vaksin.
"Saat ini yang diperlukan adalah program mengatasi, istilahnya 'coping' dalam menghadapi lamanya pandemi hingga terjadi herd immunity, dan penggunaan vaksin untuk imunitas terhadap Covid-19," kata dia.
Masalah komunikasi
Irwansyah mengatakan, saat ini masih ada masyarakat yang tidak menganggap Covid-19 sebagai ancaman. Menurut dia, itu akibat komunikasi publik yang dilakukan pemerintah tidak menyentuh permasalahan.
Selain itu, kata dia, ada beberapa figur publik yang menganggap Covid-19 tidak berbahaya.
“Apalagi masih ada pejabat publik, tokoh publik, dan public figure dalam masyarakat yang sepertinya 'antisains' karena menggunakan masker tidak penting,” ujar Irwansyah.
“Jadi sebenarnya gerakan kampanye menggunakan masker bisa saja sebenarnya untuk kelompok ini, bukan untuk publik sendiri,” tutur dia.
Di sisi lain, Irwansyah menilai program kampanye masker adalah program yang dibentuk untuk penyerapan anggaran.
Sebab, sebelumnya Presiden Joko Widodo meminta kabinetnya melakukan serapan anggaran agar ekonomi bisa berjalan.
“Jadi kampanye ini lebih untuk agar penyerapan anggaran menjadi lebih besar, karena sebelumnya sudah 'disentil' oleh Presiden karena tidak terserap dengan baik,” tutur Irwansyah.
https://nasional.kompas.com/read/2020/08/06/11071311/pemerintah-tidak-tegas-kampanye-penggunaan-masker-dinilai-terlambat