Kondisi ini dapat menyebar dari satu orang ke orang lain hingga menyebabkan penularan Covid-19.
Menurut ilmuwan, tetesan berukuran di bawah 5 mikrometer yang mengandung virus SARS-CoV-tersebut disebut microdroplet.
Microdroplet bisa melayang di udara selama beberapa jam dan berkelana hingga puluhan meter.
Orang lain yang menghirup partikel aerosol mengandung virus tersebut dapat tertular Covid-19.
Risiko penularan tersebut paling besar bisa terjadi jika kita berada dalam ruangan tertutup, seperti restoran atau kendaraan umum yang sirkulasi udaranya buruk.
Adapun pernyataan WHO itu disampaikan setelah lebih dari 230 ilmuwan mendesak agar lembaga ini mengubah pedoman yang berkaitan dengan risiko penularan Covid-19 melalui udara (airborne).
Tanggapan Gugus Tugas
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyatakan, penularan Covid-19 melalui perantara udara masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Hal itu disebabkan, penularan virus corona lewat udara tidak terjadi lewat droplet biasa, melainkan berupa partikel virus yang mewujud dalam bentuk aerosol.
Ia menambahkan, aerosol tidak dapat tebentuk dari batuk atau droplet yang biasa keluar saat manusia batuk, bersin, atau berbicara.
Menurut dia, aerosol terbentuk pada kondisi dan keadaan tertentu di mana suatu tindakan medis terhadap pasien Covid-19 dilakukan.
"Tindakan medis tersebut berupa memasang dan melepas selang intubasi endotrakea, bronkoskopi, penyedotan cairan dari saluran pernapasan, pemakaian nebulisasi, serta tindakan invasif dan non invasif pada saluran pernapasan dan resusitasi jantung hingga paru-paru," kata Wiku dalam keterangan tertulis, Jumat (10/7/2020).
Dalam kajiannya, aerosol terkumpul melalui sebuah alat yang kemudian dimasukkan ke dalam tabung Goldberg dalam lingkungan terkendali laboratorium.
Aerosol adalah tetesan pernapasan yang sangat kecil sehingga dapat menempel di udara.
"Penyebaran melalui udara dapat terjadi saat petugas medis terlibat dalam prosedur tertentu yang menghasilkan aerosol," tulis WHO dalam pernyataan terbarunya yang rilis Kamis (9/7/2020).
Namun, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa ruangan tertutup dengan ventilasi buruk, virus corona dapat melayang tinggi selama berjam-jam dan menginfeksi orang lain.
Hal ini bahkan dapat menyebabkan kejadian superspreader atau penyebaran luas.
Dalam deskripsi terbaru tentang bagaimana virus ini menyebar seperti dilansir New York Times, Kamis (9/7/2020), tempat tertutup yang bisa menjadi tempat penularan Covid-19 di udara antara lain restoran, klub malam, tempat ibadah, tempat kerja, atau tempat-tempat lain di mana orang berteriak, berbicara, dan bernyanyi.
Potensi penularan di ruang tertutup
Anggota Tim Pakar Medis Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengatakan, penularan Covid-19 lewat udara bisa terjadi di ruangan dengan setting tertutup.
Ruangan itu di antaranya transportasi umum, pusat perbelanjaan, perkantoran, dan restoran dengan sistem ventilasi buatan.
"Sebagai virus pernapasan, kita tidak bisa mengabaikan potensi penularan lewat airborne (udara)," ujar Mahardika dalam talkshow yang digelar secara daring bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Jumat (10/7/2020).
"Biasanya, terjadi (penularan) di setting ruang tertutup, misalnya bus, pusat perdagangan, perkantoran, atau restoran yang pakai ventilasi buatan atau ber-AC," kata dia.
Mahardika mengatakan, droplet (percikan) tidak hanya berukuran makro. Namun, ada percikan yang berukuran mikro (lebih kecil).
Adapun percikan mikro yang dikeluarkan orang terinfeksi Covid-19 inilah yang berpeluang menjadikan penularan lewat udara secara aerosol (partikel kecil cair atau padat yang ada di udara).
"(Penularan) bukan hanya secara macrodroplet pada saat kita batuk dan bersin, tapi juga microdroplet yang berpeluang terjadi secara aerosol," kata dia.
Masker jadi kunci cegah penularan
Dalam kesempatan yang sama, Mahardika menyarankan dua hal penting dalam mencegah penularan Covid-19 lewat udara di masa tatanan kehidupan baru.
Keduanya, yakni disiplin mengenakan masker serta menjaga sirkulasi udara ruangan lewat ventilasi alami.
Mahardika mengatakan, penularan Covid-19 lewat udara disebabkan adanya droplet berukuran sangat kecil (microdroplet) yang terpercik keluar saat orang yang positif bersin, batuk, berbicara atau bernyanyi.
Karena ukurannya yang kecil, maka microdroplet ini kemudian bisa melayang-layang di udara dalam waktu yang lebih lama.
Saat melayang itulah microdroplet menjadi aerosol (partikel udara).
"Yang perlu dipahami, adalah potensi penularan lewat aerosol itu ada. Sehingga kita harus disiplin memakai masker," ujar Mahardika.
Terlebih, ketika sudah mulai kembali bekerja maupun berkegiatan lain.
Kemudian, dia juga menyebut bahwa aerosol yang mengandung Covid-19 cenderung lebih mudah bertahan dalam ruang tertutup yang bersuhu rendah dan lembab.
Selain itu, aerosol bisa lebih bertahan lama di ruangan dengan sirkulasi udara buatan (AC).
Sehingga, dia menyarankan agar masyarakat menjaga sirkulasi udara alami di dalam ruang mana pun.
"Baik itu di rumah, ruang kerja, ruang kelas maupun sarana transportasi sebaiknya buka jendela, buka pintu agar udara berganti," tutur dia.
"Dengan begitu, aerosol akan mudah larut bersama udara yang keluar dan udara di dalam ruangan selalu berganti dengan yang baru dan bersih," ucap Mahardika.
Saat naik kendaraan umum, misalnya taksi, disarankan agar membuka jendela sehingga memperlancar udara yang masuk dan keluar.
Namun, saat berada di dalam taksi, masyarakat harus tetap memakai masker.
Mahardika mengungkapkan, sirkulasi udara yang baik juga membantu mengurai konsentrasi virus dalam aerosol yang berada di tempat tertentu.
"Mohon diingat bahwa untuk menularkan kepada manusia, virus memerlukan konsentrasi tertentu sehingga kalau konsentrasi virus berkurang bisa mencegah putensi penularan," kata dia.
Anggota Tim Pakar Medis lainnya, Budiman Bela mengatakan, mengurangi dosis virus di udara sangat penting dilakukan.
Ventilasi alami akan mempercepat sirkulasi udara sehingga pergantian udara terjadi dengan sangat cepat.
"Sehingga itu mengurangi kemungkinan tertular. Bagaimana kalau berada di lift atau ruang tertutup lain? Ya tetap pakai masker. Itulah pentingnya pakai masker," ujar Budi.
"Selain melindungi diri sendiri, yang perlu diingat adalah, kalau ternyata anda sumber virusnya, maka anda sedang bunuh orang lain jika tak pakai masker," tuturnya.
https://nasional.kompas.com/read/2020/07/11/09454181/pernyataan-who-soal-penularan-covid-19-lewat-udara-dan-tanggapan-pemerintah