Ia menggunakan istilah "titik koordinasi" sebagai cara penanganannya.
Ia mengatakan, saat itu penanganan pandemi tersebut dianggap WHO sebagai salah satu contoh di dunia.
“Kami menggunakan titik koordinasi nya pada wilayah,” kata Bayu dalam diskusi bertajuk Belajar dari Pandemi Sebelumnya di Graha BNPB bersama Gugus Tugas Percapatan Penangan Covid-19, Jumat (10/7/2020).
"Penanganan yang kita lakukan pada Jembrana itu bahkan sampai di dokumentasi dan dibawa ke WHO dianggap sebagai salah satu contoh di dunia," sambungnya.
Cara yang sama, menurutnya, dapat digunakan untuk menanganai pandemi Covid-19 yaitu, saat terjadi penyebaran di situ ada tindakan segera yang dapat dilakukan.
“Misalnya ada klaster baru covid, nah kalau bayangan saya pada saat itu langsung segera yang dari sisi komunikasinya datang, yang dari sisi kesehatan masuk, yang dari bantuan sosial juga dilakukan di situ gitu,” tutur Bayu.
Ia pun menceritakan ketika pandemi flu burung berlangsung, saat itu penanganan kesehatan serta penyuluhan dilakukan secara berkala.
Misalnya, terkait edukasi pandemi dan bantuan sehingga dapat meminimalisir penyebaran penyakit.
“Di sana maka segala hal yang terkait dengan flu burung mulai dari penanganan kesehatan, penanganan peternakannya, bantuan pemerintah subsidi terus dilakukan,” kata Bayu yang juga Ketua Harian Komnas Flu Burung dan Pandemi Influenza pada 2006-2010.
Kemudian, kata Bayu, pelatihan juga diberikan kepada tenaga medis dan guru.
Bahkan dalam pembelajaran diberikan materi tambahan ke SD dan SMP terkait edukasi pandemi.
“Anak-anak ini kita masuk mulai dari gurunya dulu dikasih pembekalan sementara dan itu jadi kemana-mana dan itu akhirnya membangun kesadaran,” ucap Bayu.
“Dengan demikian koordinasinya itu betul-betul terasa oleh masyarakat itu di situ ada kasus di situ pula ada solusinya,” lanjut Bayu.
https://nasional.kompas.com/read/2020/07/10/15505591/tangani-covid-19-guru-besar-ipb-singgung-keberhasilan-jembrana-tangani-flu