Hingga Kamis (7/5/2020) siang, pemerintah mencatat ada 338 kasus baru Covid-19.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengonfirmasi pasien Covid-19 kini berjumlah 12.776 orang.
Sementara itu, disebutkan ada penambahan 64 pasien sembuh Covid-19. Dengan demikian, total pasien sembuh menjadi 2.381 orang.
"Ada 64 yang sembuh, sehingga total menjadi 2.381 orang," kata Yuri dari Graha BNPB, Jakarta, Kamis sore.
Yuri juga menyampaikan, kasus kematian akibat Covid-19 bertambah 35 sehingga totalnya menjadi 930 orang.
"Ada 35 yang meninggal, sehingga total menjadi 930 orang," ucap dia.
Kasus baru di 19 provinsi
Berdasarkan data yang dipaparkan Yuri, 338 kasus baru pasien positif Covid-19 tersebar di 19 provinsi.
Adapun penambahan kasus terbanyak terjadi di DKI Jakarta, yaitu sebanyak 85 kasus.
Disusul oleh Jawa Barat dengan 61 kasus dan Jawa Timur dengan 46 kasus.
Sementara itu, dikatakan Yuri secara akumulatif distribusi pasien sembuh Covid-19 terbanyak ada di lima provinsi, yakni DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Bali, dan Jawa Barat.
DKI Jakarta mencatat pasien sembuh sebanyak 745 orang, Sulawesi Selatan 238 orang, Jawa Timur 206 orang, Bali 183 orang, dan Jawa Barat 182 orang.
Sebanyak 134.151 spesimen telah diperiksa
Yuri menyatakan pemerintah telah memeriksa 134.151 spesimen dengan menggunakan metode real time polymerase chain reaction (RT-PCR).
"Pemeriksaan spesimen dengan realtime PCR sudah mencapai 134.151 dari 96.717 orang," kata Yuri.
Uji spesimen dengan metode RT-PCR dilakukan di 51 laboratorium.
Adapun orang dalam pengawasan (ODP) berjumlah 234.455. Sementara itu, pasien dalam pemantauan (PDP) berjumlah 28.508 orang.
Penularan Covid-19 secara keseluruhan hingga saat ini terjadi di 354 kabupaten/kota di 34 provinsi.
PSBB harus jadi kebutuhan
Yuri mengatakan, masyarakat harus meningkatkan kesadaran diri untuk melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Menurut dia, PSBB bukan semata jadi kebutuhan pemerintah yang mesti dilaksanakan dengan ancaman sanksi.
"PSBB adalah kebutuhan semua masyarakat, bukan hanya kebutuhan pemerintah yang harus dikontrol dengan ketat atau bahkan diancam dengan sanksi oleh aparat penegak hukum demi menjalankan PSBB," ucap Yuri.
Ia menyadari bahwa ada sebagian masyarakat rentan dan terdampak akibat pelaksanaan PSBB di tengah pandemi Covid-19.
Karena itu, Yuri mengatakan, pemerintah menjamin stimulus ekonomi dan bantuan sosial yang tepat sasaran dari pusat hingga ke daerah.
Selain itu, Yuri menjamin pemerintah akan bekerja keras agar penanganan Covid-19 ini segera selesai.
"Karena itu pemerintah akan menjamin bukan hanya stimulus ekonomi, tapi juga logistik yang lancar dari pusat hingga ke daerah, hingga ke masyarakat," ucap dia.
"Stimulus ekonomi juga fokus untuk memutus rantai penularan dan tepat sasaran. Ini bagian dari upaya kami secara keseluruhan," kata Yuri.
Ia juga mengingatkan pentingnya pelaksanaan protokol kesehatan saat pandemi Covid-19.
Yuri menyebutkan kemungkinan individu positif Covid-19 menularkan penyakit ke orang lain mencapai 75 persen jika tidak mengenakan masker.
"Seseorang yang dalam tubunya ada virus dan dia tidak memakai masker, maka orang di sekitarnya punya peluang tertular bisa sampai 75 persen. Karena percikan ludah, atau droplet dia akan mengenai semua benda," ujar dia.
Namun, jika individu tersebut menggunakan masker, kemungkinan penularan bisa ditekan hingga 5 persen.
"Oleh karena itu, mencuci tangan merupakan hal yang penting. Sebab kita tidak tahu siapa individu yang terkena (Covid-19)," ucap Yuri.
https://nasional.kompas.com/read/2020/05/08/07021021/12776-pasien-covid-19-hingga-7-mei-masyarakat-diminta-jadikan-psbb-kebutuhan