Penyakit psikosomatik berasal dari stres emosional dan bermanifestasi dalam tubuh sebagai rasa sakit fisik dan gejala lainnya.
“Ketika kita stres, kan kita psikosomatis juga, jadi kita bingung, ini kok aku sesak, ngerasa sesak, padahal kan bisa jadi sesak itu karena cemas,” ungkap Emeldah saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu (28/3/2020).
Maka dari itu penting untuk mengetahui gejala penyakit Covid-19.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyebutkan, gejala Covid-19 yang muncul 2-14 hari setelah paparan adalah demam, batuk, dan sesak napas.
Selain itu, penderita juga bisa mengalami kesulitan bernapas, nyeri atau tekanan yang menetap di dada, dan bibir atau wajah kebiru-biruan.
Emeldah mengungkapkan, pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia otomatis menimbulkan ketidakpastian dan ketakutan.
Hal itu dapat berimbas pada kesehatan mental hingga memunculkan rasa cemas.
Kecemasan tersebut dapat menimbulkan gejala seperti rasa gelisah, sulit tidur, hingga sulit mengendalikan emosi. Kendati demikian, gejala tersebut dinilai sebagai reaksi yang normal.
“Jadi sebenarnya dengan semua gejala-gejala itu, kalau menurut kami, adalah situasi yang normal. Jadi itu adalah respon yang normal di kondisi yang tidak normal,” ucapnya.
Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik dalam menghadapi wabah ini.
Untuk menjaga kesehatan mental, Emeldah menyarankan masyarakat memulai rutinitas baru di rumah agar tetap produktif.
Adapun jumlah kasus pasien positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 1.285 kasus per Minggu (29/3/2020).
Dari jumlah itu, sebanyak 64 orang sembuh dan 114 pasien meninggal dunia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/03/29/15521921/psikolog-soal-psikosomatis-saat-pandemi-covid-19-bisa-jadi-sesak-itu-karena