Hal tersebut disampaikan Yudi dalam pertemuan koordinasi penguatan nilai-nilai Pancasila pada tingkat Pejabat Tinggi Madya di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam), BPIP, di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Senin (17/2/2020).
"Presiden sangat menekankan perlunya kita memperhatikan kelompok milenial yang jumlahnya 125 juta atau lebih," tutur Yudi.
"Mereka terputus dari dua sisi, yakni dari penanaman Pancasila-nya terputus, sementara kita yang orang tua ini terputus dimensi milenial terutama digital teknologi," kata dia.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya akan melakukan sosialisasi Pancasila kepada generasi muda dengan mengikuti kesukaan mereka.
Terutama, kata Yudi, melalui platform media sosial yang saat ini sangat identik dengan para generasi milenial.
"Semua channel kita gunakan, akan dibuat dengan santai tapi tetap berisi. Misalnya melalui kegiatan kuliner tapi arahnya ke keadilan sosial. Main bola, ke persatuan. Seni atau film-film pendek," kata dia.
Intinya, kata Yudian Wahyudi, pihaknya akan menggunakan media seperti yang para generasi milenial itu gunakan.
Media itu seperti YouTube, Instagram, Twitter, maupun media sosial lainnya yang digunakan para generasi milenial itu.
"Kalau tidak, kita akan mengalami kegagalan. Kita perlu memikirkan rumusan langkah-langkah pembumian (Pancasila) untuk kaum mielnial dengan (menyesuaikan) psikologi mereka," kata Yudi.
Dari situ, kata dia, maka nilai Pancasila bisa dimasukkan sehingga penanaman Pancasila terhadap milenial itu harus difokuskan.
Nantinya, kata dia, kementerian-kementerian terkait akan menindaklanjuti hal ini. Antara lain oleh Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama.
https://nasional.kompas.com/read/2020/02/17/15403231/bpip-nilai-generasi-milenial-terputus-dari-penanaman-pancasila