Membiarkan asap adalah membiarkan kerusakan generasi yang akan datang.
Oleh sebab itu, seperti dikutip Antara, Minggu (15/9/2019), Doni menekankan agar seluruh unsur, baik masyarakat hingga pemerintah bersinergi melakukan penanggulangan melalui upaya pencegahan.
Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu juga mengingatkan, jika tidak bisa mengatasi asap karhutla, maka manusia menjadi pembunuh potensial.
"Boleh jadi nanti kalau anda sekalian bisa menanggulangi karhutla maka semuanya bisa jadi pahlawan kemanusiaan. Jika tidak bisa, kita adalah pembunuh potensial," katanya.
Doni menambahkan, karhutla sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia. Dari beberapa kali kunjungan ke Riau, Doni mendapatkan laporan bahwa 80 persen karhutla itu berubah menjadi perkebunan, seperti yang terjadi di Kabupaten Pelalawan.
"Kita ketahui bahwa 80 persen karhutla di Pelalawan berubah menjadi kebun. Saya catat, saya ingat itu, ungkapan Pak Bupati Pelalawan," ujar dia.
Dalam hal itu, Doni juga meminta agar pemerintah daerah tidak hanya bermain kata-kata saja namun juga harus ada tindakan yang nyata.
Sebelumnya Doni mendengar slogan "Riau Tanpa Asap," tapi hal itu berbanding terbalik dengan kenyataannya.
"Saya tidak ingin hanya slogan-slogan. Dulu saya senang dengan pernyataan 'Riau Tanpa Asap'. Tapi apa, hari ini Riau penuh asap," katanya.
https://nasional.kompas.com/read/2019/09/15/15064001/kepala-bnpb-asap-kebakaran-hutan-dan-lahan-pembunuh-tidak-langsung