"Dampak yang mungkin muncul di hari H (hari pencoblosan) adalah bertaburnya video dan foto di lokasi dengan pemahaman konteks yang keliru sehingga bisa menimbulkan banjir hoaks yang bisa merusak penyelenggara pemilu," ujar penggagas Mafindo Septiaji Eko Nugroho kepada Kompas.com, Senin (15/4/2019).
Jika bicara jumlah dan dampak, lanjut Septiaji, akan signifikan jelang pencoblosan. Menurutnya, isu apapun terkait pemilu akan sangat masif penyebarannya.
Septiaji menjelaskan, marak dan masifnya hoaks diakibatkan masyarakat yang kini tengah memantengi semua grup Whatsapp dan media sosial untuk isu pemilu.
"Masyarakat yang kurang teliti dan tidak paham melakukan verifikasi informasi, rentan terpapar hoaks, bahkan juga bisa ikut menyebarkan," ungkapnya kemudian.
Pemilu yang menyisakan dua hari ini, seperti diungkapkan Septiaji, akan mendorong masyarakat untuk kian intensif menggunakan media sosial dan Whatsapp. Isu-isu terkait pelaksanaan pemilu menjadi hal yang dicari masyarakat.
"Misalnya beberapa video dari lokasi pencoblosan luar negeri yang kemudian memunculkan isu di media sosial, seperti di Sydney dan Hongkong," paparnya.
Septiaji menambahkan, kandidat dan para pendukung caleg maupun paslon capres-cawapres juga menjadi target dari munculnya hoaks di dalam negeri.
"Seperti adanya akun palsu yang mencatut nama aktor politik atau pendukung tertentu di media sosial. Kemudian hal itu menjadi isu yang dibesar-besarkan oleh oknum tertentu," ucapnya.
https://nasional.kompas.com/read/2019/04/15/10061371/mafindo-penyelenggara-pemilu-masih-jadi-target-hoaks-jelang-pemilu-2019