Ia mengimbau agar masyarakat tidak melakukan aktifitas dalam jarak tersebut.
"Nanti kalau terjadi perubahan tentunya kita pasti akan sampaikan ke masyarakat," ujar Devy di kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta Timur, Kamis (27/2/2019).
Devy menuturkan, kondisi terbaru guguran lava dari Gunung Merapi bervariasi, mulai dari 300 meter hingga 900 meter. Namun, untuk awan panasnya bisa mencapai lebih dari 600 meter.
"Tetapi kalau untuk awan panas sendiri, untuk sekarang ini jaraknya bisa mencapai sekitar 600 meter atau kurang dari 1000 meter ya. Tetapi sempat mencapai 2 kilometer pada tanggal 7 Februari lalu 2019 lalu," paparnya.
Lebih lanjut, ia menilai dalam waktu dekat gunung teraktif di Indonesia itu belum menunjukkan indikasi terjadinya letusan dalam skala besar. Sebab, aktivitas kegempaan Gunung Merapi berbeda dengan tahun 2010.
"Jadi supply dari pergerakan magma ke permukaan kawah itu lambat, berbeda dengan tahun 2010. Sehingga setelah terjadi awan panas biasanya istirahat dulu, nunggu kubahnya penuh lagi," katanya.
Menurutnya, hujan abu yang terjadi beberapa waktu lalu merupakan sesuatu hal yang wajar dengan kondisi Merapi saat ini. Pasalnya, hujan tersebut diakibatkan dari guguran kubah yang terbawa oleh angin.
Untuk itu, ia menghimbau pada masyarakat untuk dapat menyiapkan masker saat beraktivitas di luar rumah guna mengantisipasi potensi abu vulkanik.
"Terutama masyarakat yang berada di arah guguran Kali Gendol," ucapnya.
Diketahui sebelumnya, melalui akun Twitter resmi BPPTKG, terekam tiga kali gempa guguran dengan durasi 36-72 detik sejak pukul 00.00-06.00 WIB berdasarkan data seismik.
https://nasional.kompas.com/read/2019/02/28/17123821/pvmbg-sebut-jarak-aman-gunung-merapi-kini-3-kilometer