Ia mengatakan, kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno harus menyiapkan peredamnya. Masyarakat yang dipapar politik identitas tidak boleh dibiarkan begitu saja.
"Kalau Anda menggunakan politik identitas, Anda harus menyiapkan remedy-nya (obatnya). Dampak di masyarakat tidak boleh ditinggalkan begitu saja," kata dia, dalam sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (30/12/2018).
Secara khusus, Rubi mengingatkan kubu Jokowi-Ma'ruf untuk tidak ikut terjebak dalam praktik politik identitas.
Menurut dia, hal ini dinilai penting dilakukan kubu Jokowi-Ma'ruf. Alasannya, sebagai petahana, Jokowi-Ma'ruf punya peranan untuk menjaga suasana kondusif di masyarakat.
"Tidak perlu bermain di genderang yang sama, harus menggunakan cara lain. Optimisme harus dibangun di mana-mana," kata dia.
Rubi menilai, sebagai petahana, sebaiknya kubu Jokowi-Ma'ruf lebih banyak membingkai ulang keberhasilan program pemerintah.
Kritik juga dilayangkan Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) untuk Indonesia, Ray Rangkuti. Ia menyayangkan pendukung Jokowi-Ma'ruf yang terpancing melakukan politik identitas.
"Setelah La Nyalla menantang kepandaian jadi imam shalat, arus baliknya terjadi. Kalau dulu Pak Jokowi yang terkena imbas, sekarang kubu itu ikut memainkannya. Dua kubu memainkan," ujar Ray.
Ray mengatakan tantangan La Nyalla seolah menjadi titik balik sikap kubu Jokowi-Ma'ruf. Setelah itu, kubu Jokowi-Ma'ruf ikut berkomentar mengenai video perayaan natal calon presiden Prabowo Subianto.
Ray menilai, intensitas politik identitas pada Pilpres 2019 kali ini memang tidak setinggi Pilkada DKI 2017.
Namun, politik identitas ini akan terus dimainkan kedua kubu pasangan calon sampai hari pencoblosan nanti.
"Jadi alih-alih diminimalisasi, keduanya jadi saling kapitalisasi," kata Ray.
https://nasional.kompas.com/read/2018/12/31/06581141/dua-kubu-diingatkan-tak-terpancing-mainkan-politik-identitas