Cerita itu disampaikan Tito dalam sambutannya saat acara peringatan HUT Korpolairud Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam) Polri ke-68, di Markas Korpolairud, Jakarta Utara, Senin (3/12/2018).
Tito menceritakan, saat itu sebuah kapal sedang bersandar di dermaga Direktorat Kepolisian Perairan Polda Sulteng. Kapten kapal beserta sebagian awak kapalnya kebetulan sedang berada di dalam kapal tersebut.
Kemudian, saat gempa mengguncang, mereka melihat gelombang tsunami di perairan. Mereka pun segera menyalakan mesin kapal.
"Begitu terjadi gempa, mereka melihat ada tsunami datang dari jauh, dengan cepat di-starter (kapalnya) dalam waktu 5 menit untuk hidup, harusnya pemanasan dulu 30 menit, dan tali langsung diputuskan," ujar Tito, Senin.
Kapal tersebut melaju untuk menaiki gelombang berjenis alun saat tsunami berlangsung. Tindakan tersebut berhasil menyelamatkan kapal tersebut dan awak di dalamnya.
"Rupanya tsunami ini sebagian ada yang sudah gelombang putih, sebagian lagi masih dalam bentuk alun, dia naik ke atas alun, sehingga kapal ini berhasil lolos, selamat," jelas Tito.
Tito menjelaskan, jika hal itu tidak dilakukan, kapal tersebut dapat terdampar di daratan seperti kapal lainnya. Menurutnya, kedua kapal lainnya masih berada di daratan hingga hari ini dan belum bisa dipindahkan.
Atas tindakannya menyelamatkan aset negara, Tito meminta Kepala Baharkam (Kabaharkam) untuk memberikan penghargaan kepada kapten kapal tersebut.
"Saya ucapkan terima kasih kepada kapten kapalnya, menyelamatkan aset negara dan jiwa dari anggota yang ada saat itu. Saya minta Kabaharkam, berikan penghargaan kepada kapten itu," ungkap dia.
https://nasional.kompas.com/read/2018/12/03/18590681/tito-puji-aksi-anggota-korpolairud-saat-bencana-gempa-dan-tsunami-di-sulteng