Fauzansyah mengatakan, masyarakat harus ikut serta dalam melawan penyebaran pesan radikalisme. Pesan-pesan yang ia maksud seringkali beredar di grup pada aplikasi pesan instan.
"Jadi kita harapkan kalau ada satu grup yang isinya ujaran kebencian, jangan kemudian langsung keluar hanya untuk mencari ketenangan diri," kata Fauzansyah di Universitas Atma Jaya, Jakarta Pusat, Kamis (29/11/2018).
"Tetap di situ dan melakukan counter supaya yang sering copas 'dari grup sebelah' ini, paling tidak dia merasa ada tantangan (menghadapi penentang) di grup itu," sambung dia.
Menurut Fauzansyah, pesan bernada radikalisme dan intoleransi dapat memecah belah persatuan. Padahal, kebenaran informasi itu masih dipertanyakan.
Fauzansyah berpendapat, ungkapan "yang waras itu ngalah" sudah tidak dapat dipraktekkan lagi dalam menghadapi pesan-pesan radikalisme.
Menurut Fauzansyah, jika publik yang masih "waras" tidak bertindak, mereka yang kerap menyebarkan informasi tersebut akan semakin merajalela, hingga akhirnya membentuk opini publik.
Lama-kelamaan, radikalisme maupun ujaran kebencian yang terkandung dalam pesan-pesan itu akan tertanam dalam benak para anggota di grup tersebut.
"Kalau kita yang waras keluar dari grup itu, yang gila-gila itu semakin bebas di grup. Padahal di grup itu banyak yang silent reader," terang dia.
"Mungkin sekali, dua kali, dikasih ujaran kebencian dia tidak ngefek, tapi ketika itu dilakukan sehari tiga kali, seperti minum obat, selama satu tahun itu akan terpendam dalam pikirannya," lanjutnya.
Ia pun mengajak masyarakat untuk semakin proaktif dalam proses pencegahan radikalisme, intoleransi maupun terorisme.
https://nasional.kompas.com/read/2018/11/29/21084891/bnpt-minta-masyarakat-proaktif-tangkal-pesan-mengandung-radikalisme