Hal itu dikatakannya saat konferensi pers di Gedung LBH, Jakarta Pusat, Minggu (25/11/2018).
"Guru kita itu patuh betul sama kurikulum. Padahal kurikulum itu kayak menu makan siang yang bisa kita pilih," ujar Retno.
Ia menjelaskan, materi pelajaran dalam kurikulum banyak yang ia sebut sebagai "sampah" sehingga hanya menjadi beban bagi murid.
Oleh karena itu, Retno menilai, banyaknya bahan yang harus dipelajari menyebabkan beban siswa semakin berat dan mengakibatkan stres.
"Artinya kurikulum kita ini sebenarnya sarat beban. Bahkan banyak pengetahuan sampah yang tidak perlu di dalam kurikulum kita, sehingga kasihan anak kita dididik dengan cara seperti itu," kata dia.
Retno berpesan agar para guru menjadi lebih merdeka dan kreatif. Menurut pandangannya, seorang guru seharusnya dapat memilah-milah bahan mana yang perlu didalami dan mana yang perlu untuk diketahui tanpa perlu didalami.
"Jadilah guru yang merdeka, jadilah guru yang memilih poin mana yang perlu tahu atau cukup tau dengan membaca, yang tidak perlu didalami. Seharusnya guru itu kreatif kurikulum," ujar Retno.
Selain itu, seiring dengan revolusi industri 4.0, Retno berharap pola pikir para guru juga ikut berevolusi.
Retno berpendapat, seorang guru seharusnya tetap dapat mengajar dengan baik dan menjadi pengajar yang berkualitas, meski menteri berganti, kurikulum berganti, hingga jika tidak ada kurikulum sekalipun.
Untuk mewujudkannya, FSGI mendorong diadakannya pelatihan yang berkualitas bagi para pengajar.
"Kami mendorong pelatihan, tapi dipetakan dulu, jangan asal menghabiskan uang proyek, tapi bagaimana guru-guru diberi pelatihan yang berkualitas, sistematis," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2018/11/26/09093101/fsgi-nilai-para-guru-terlalu-patuh-pada-kurikulum