Salin Artikel

Politik Pasar Jokowi Vs Sandi

JOKOWI: “Orang enggak pernah ke pasar, nongol-nongol ke pasar, keluarnya ngomong mahal. Enggak pernah ke pasar. Enggak mungkin orang super kaya datang tahu-tahu datang ke pasar, enggak mungkinlah. Datang ke pasar, enggak beli apa-apa, pas keluar bilang 'mahal, mahal, mahal! Haduuh…”

Sandiaga Uno: “Mungkin yang dimaksud  (Jokowi) bukan saya. Tapi kalau memang ditujukan kepada saya, yang bilang harga-harga di pasar naik dan tidak stabil, bukan saya, tapi pedagang dan pembeli sendiri! Belanja ke pasar itu tugas orang rumah saya. Kalau saya belanja di pasar itu namanya pencitraan!”

Pasar dan perang pernyataan

Apakah Anda memperhatikan, ada yang berbeda dari Kampanye Pilpres 2019 kali ini? Ada yang sadar, tapi saya yakin banyak yang tidak.

Kata kuncinya Pasar. Nyaris semua kompetisi muncul dari Pasar.  Bahkan dari sinilah “perang” pernyataan menjadi viral.

Seperti kutipan di atas, Jokowi “menyentil” seseorang tanpa menyebut nama. Mudah ditebak dan tak terbantahkan, sosok yang dimaksud adalah cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno, yang sejak awal kampanye tahun ini paling rajin pergi ke pasar dan menyuarakan suara-suara dari dalam pasar.

Pernyataan Jokowi ini langsung berbalas. Sandiaga menjawab pernyataan Jokowi saat berkunjung ke Lumajang, Jawa Timur, Minggu (25/11/2018).

Sandiaga rajin ke pasar

Tim Aiman mencatat, setidaknya 16 kali Sandiaga mengunjungi pasar. Mencermati laporan media, startnya dimulai September lalu. Di sinilah mulai viral istilah tempe setipis kartu ATM, nasi ayam, hingga yang terbaru oleh anggota Dewan Pembina Partai Berkarya Titiek Soeharto, "Rp 50.000 dapat apa di pasar?" 

Kubu Jokowi-Ma'ruf tentu tidak tinggal diam. Vlog terbaru dibuat oleh Kirana Larasati, salah seorang calon anggota legislatif dari PDIP yang berbelanja ke pasar dengan uang Rp 50.000.

Jokowi pun mulai sering bertandang ke pasar. Tim Aiman mencatat, sejak “serangan” tempe setipis kartu ATM dan pernyataan Sandi soal harga-harga mahal, Jokowi mulai “blusukan” ke pasar sejak akhir Oktober lalu. Pada November ini, tak kurang setiap pekan Jokowi mampir ke pasar.

Ada apakah gerangan dengan pasar? Apakah benar pasar jadi penentu kemenangan pasangan calon pada Pilpres 2019 ini?

Pasar penentu kemenangan?

Kelihatannya remeh-temeh: harga cabai, bawang, beras, minyak goreng, hingga tempe. Tapi sesungguhnya benar, inilah penentu kemenangan!

Setidaknya ada dua survei yang mendukung teori ini. Litbang Kompas pada bulan Oktober tahun ini menyebutkan, apresiasi Kinerja Jokowi-JK turun.

Faktor utama yang menyebabkan turunnya apresiasi pemerintah ini di antaranya yang terbesar adalah masalah kesejahteraan dan ekonomi.

Demikian pula survei terbaru lembaga survei Median yang menyebutkan tiga hal besar yang menjadi penentu kemenangan: persepsi publik terhadap kesejahteraan, lapangan kerja, dan harga pangan. Ketiganya berada di bidang ekonomi.

Ekonomi dan bahasa rakyat?

Meski inflasi terjaga di bawah 3,5 persen, kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat.

Pihak Jokowi-Ma'ruf mengatakan, hal ini disebabkan turbulensi ekonomi global. Sementara pihak Prabowo-Sandi mengatakan sebagai kurang cakapnya pemerintah mengelola negara.

Terlepas dari perdebatan itu, pelambatan ekonomi memang membuat perusahaan sulit berekspansi lebih besar, yang berujung pada rendahnya serapan tenaga kerja.

Hal ini diperparah dengan kenaikan nilai tukar dollar Amerika Serikat, yang memaksa Bank Sentral (BI) menaikkan suku bunga hingga 6 kali, total 175 basis poin (bps).

Tetapi, sulit untuk menceritakan hal-hal tersebut kepada sebagian masyarakat. Kedua kubu memiliki argumentasi yang berbeda melihat fenomena ini.

Oleh karena itu, cara yang paling mudah adalah membahasakan dengan bahasa rakyat yaitu harga barang di pasar tradisional.

Jadi, bersiaplah. Di pemilu kali ini kita akan sering mendengar soal harga bawang, cabai, bahkan petai hingga jengkol. Itu adalah bahasa rakyat, bahasa yang mudah dipahami seluruh warga Indonesia tanpa terkecuali.

Dari sinilah sesungguhnya tecermin seberapa besar inflasi yang terjadi.

Tapi pertanyaannya, apakah masyarakat tidak dirugikan karena kontestasi yang mayoritas hanya diisi dengan gemuruh harga cabai, bawang, hingga ayam?

Lalu, ke mana usulan cetak biru pembangunan yang akan dibawa masing-masing kandidat yang akan memimpin 260 juta warganya?

Saya Aiman Witjaksono.
Salam!

https://nasional.kompas.com/read/2018/11/26/07592501/politik-pasar-jokowi-vs-sandi

Terkini Lainnya

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Soal 'Presidential Club', Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Soal "Presidential Club", Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Nasional
Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Nasional
Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Nasional
Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Nasional
Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke