Wilayah itu mencakup Kota Padang, Kota Padang Panjang, Kota Sawahlunto, Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung.
Kemudian Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Nikki mengatakan, dirinya mengesampingkan gaya kampanye lama dengan mengumpulkan massa di satu tempat untuk berorasi agar masyarakat tertarik memilihnya.
Ia lebih memilih menawarkan program pelatihan melalui lembaga yang ia bentuk, Palanta Institute.
Lembaga pendidikan masyarakat ini fokus pada pemberdayaan potensi demi memperluas kesempatan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mentalitas yang baik.
"Jadi kita bikin banyak pelatihan untuk madrasah, pelatihan motivasi supaya mereka bisa belajarnya itu benar. Karena kalau kita misalnya membahas kurikulum kan udah urusan menteri lah ya, jadi kita men-training SDM-nya supaya lebih optimal," kata dia kepada Kompas.com, Selasa (23/10/2018).
"Seperti hari ini dan kemarin saya lagi bikin bimbel CPNS, ya kan lagi heboh ini daftar CPNS, kebetulan karena saya ada lembaga dan kita fokus di pendidikan kita bikin bimtek lah, nah nanti disambung try out supaya memudahkan," lanjut Nikki.
Menurut Nikki, hal itu sejalan dengan slogan PPP, Bergerak Bersama Rakyat. Ia menilai saat ini dengan program-program yang melibatkan masyarakat akan menjadi jauh lebih bermanfaat bagi calon pemilih.
"Kebanyakan orang kan ayo kita kumpulin orang, kita bicara, kita satukan semangat. Nah, saya pengen mengubah cara itu dengan mengantarkan program," katanya.
Ia harus keliling ke dapilnya untuk menggelar kegiatan pelatihan. Masyarakat yang dikunjungi Nikki pun bersedia mendukung program pelatihan yang ia tawarkan. Salah satunya dengan meminjamkan tempat untuk pelatihan.
"Jadi misalnya, 'iya mas kita suka dengan training ini', kita kolaborasi aja. Jadi saya lewat kelembagaan saya bawa trainernya, mereka menyediakan tempat. Jadi spirit bersamanya itu yang kita bawa," paparnya.
Biaya kampanye Rp 2 miliar
Pelatihan-pelatihan itu yang dinilainya menjadi pos pembiayaan terbesar bagi dirinya yang sedang menjadi caleg. Selain itu, kata Nikki, biaya atribut kampanye seperti baliho juga membutuhkan biaya besar.
"Kalau untuk anggaran paling besar kebetulan kan saya bergeraknya di bidang pendidikan, kalau pos biaya, paling besar kita ada di pelatihan-pelatihan itu, baliho-baliho juga," katanya.
Nikki memperkirakan dana kampanye yang akan ia keluarkan sekitar di bawah angka Rp 2 miliar. Ia mengaku kisaran dana tersebut berasal dari pribadi.
Selanjutnya: Strategi hadapi pemilih Sumbar
Strategi hadapi pemilih Sumbar
Nikki menjelaskan, strateginya dengan membuat program-program itu untuk menghadapi karakteristik pemilih di dapilnya. Menurut Nikki setidaknya ada dua karakteristik pemilih di dapilnya.
"Satu, itu yang emang basis ideologis partai. Nah itu ada beberapa tempat yang memang pemilihnya itu ideologisnya sama dengan partai. Jadi mereka loyal sama partainya. Maupun siapa orangnya yang penting partainya ini," papar Nikki.
Kedua, lanjut Nikki, pemilih yang mengutamakan ketokohan seseorang serta mewakili aspirasi mereka. Menurut Nikki, karakter pemilih ini tidak mempedulikan partai.
"Enggak peduli dengan partai apa, asal ini ketokohan yang mampu mewakilkan aspirasi mereka, misalnya kesukuan kedaerahan macam-macam," ujar dia.
Oleh karena itu, kata Nikki, strateginya mengandalkan program pelatihan menjadi cara alternatif dalam meraih simpati calon pemilih.
"Saya kan di sini sebagai caleg yang paling muda ya, untuk di (DPR) RI. Jadi, program-program saya itu yang berhubungan dengan pendidikan, enggak menyentuh lain-lain. Karena waktu saya pengen terjun ke sini, saya sudah menentukan roadmap kalau kita harus fokusnya di pendidikan," katanya.
Sebagai caleg muda, Nikki juga akan memanfaatkan media sosial. Dengan profesinya di bidang pemasaran digital, ia akan mendorong keterlibatan (engagement) calon pemilih di media sosial secara organik.
"Kan orang sudah ada yang nge-post pilih nomor ini, segini, segala macam. Nah kita enggak punya sistem kayak gitu. Kita coba membuat engagement yang organik di sosial media. Mungkin dimulai bulan depan udah mulai lewat sosial media," paparnya.
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/24/06060081/cerita-nikki-lauda-hariyona-buat-bimbingan-tes-cpns-untuk-dekati-pemilih