Menurut dia, independensi perempuan sangat penting untuk menangkal tindakan radikal.
Yenny menyatakan, perempuan yang cenderung tidak independen dalam mengambil keputusan cenderung lebih mudah menjadi radikal.
Perempuan seperti ini sangat bergantung pada keputusan yang diambil oleh suami.
"Hasil survei kami memperlihatkan perempuan yang tidak independen dalam pengambilan keputusan, tergantung sama suami, lebih mudah jadi radikal," ujar Yenny dalam diskusi di kantor Wahid Foundation, Jakarta, Selasa (15/5/2018).
Ia memberi contoh adalah Puji Kuswati, istri dari Dita Oepriarto yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5/2018). Puji beserta anak-anaknya ikut serta dengan Dita menjadi pelaku bom bunuh diri.
Menurut Yenny, semakin independen seorang perempuan, khususnya terkait pengambilan keputusan atas dirinya, maka akan mudah membentengi diri dari radikalisme. Apalagi jika sang suami memiliki paham radikal.
"Makin independen seorang (perempuan) dalam pengambilan keputusan terhadap dirinya, tidak ikut saja kata suami, maka makin punya kemampuan jadi bemper suami kalau jadi radikal. Independensi perempuan sangat penting," sebut Yenny.
Terlibatnya perempuan dalam aksi bom bunuh diri juga terjadi pada ledakan di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Aksi tersebut dilakukan oleh Anton, beserta istri dan anaknya.
Kemudian, ada pula aksi bom bunuh diri yang dilakukan di Mapolrestabes Surabaya pada Senin (14/5/2018) pagi. Tri Murtiono, pelaku bom tersebut, mengajak serta istri dan anak-anaknya.
https://nasional.kompas.com/read/2018/05/15/18431721/yenny-wahid-perempuan-yang-tak-independen-rentan-terpapar-radikalisme