Salin Artikel

Lawatan ke Selatan, Upaya Jokowi Menyempurnakan Visi Diplomasi RI

Tidak banyak generasi zaman now yang mengingat bagaimana tradisi diplomasi Indonesia terhadap Asia Selatan sudah diterapkan oleh para founding father kita sejak Repubik ini berdiri. Oleh Soekarno, hubungan tersebut kemudian dipertahanan dan dijaga.

Sebagai negara baru merdeka, Soekarno belia dikenal akrab dengan para pemimpin kemerdekaan India seperti Pandit Jawaharlal dan Biju Patnaik. Para pemimpin India itu rajin mengecam upaya Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia selepas Jepang menyerah kalah.

Dukungan para pemimpin India tentu sangat bermanfaat bagi Indonesia, tidak heran ketika terdengar kabar krisis pangan di India yang belum merdeka dari Inggris, Soekarno melalui Sjahrir pun memerintahkan pengumpulan beras untuk dikirim.

Sedikitnya 15.000 ton beras yang disimpan di Banyuwangi, Jawa Timur, dikirim ke Cochin, India Selatan, dengan menembus blokade Belanda. Sebagai balasan, India melalui Morarji Desai mengirim kain. Agar kedua komoditi itu tidak diganggu Belanda, hal tersebut disebut sebagai misi diplomatik.

Hubungan baik itu bahkan berlanjut ketika Nehru memerintahkan Biju Patnaik dengan pesawat Dakota untuk menyelamatkan Perdana Menteri Sjahrir ke Singapura atau ke India, hanya sehari berselang digelarnya Agresi Militer I oleh Belanda.

Kerjasama itu berlanjut ketika India kemudian mengundang Abu Hanifa, delegasi Indonesia untuk menghadiri Konferensi Hubungan Asia di New Delhi tahun 1949 yang kemudian meneken perjanjian kerjasama lebih erat dan berlanjut pada Gerakan Non Blok yang dimulai pada 1951.

Sejatinya kapal perang itu tidak untuk bertempur, adanya peralatan tempur Indonesia yang sudah dianggap sebagai saudara bagi India di muka kepulauan Andaman dan Nicobar, membuat India yang lebih superior ragu hingga kesepakatan damai India-Pakistan pun berhasil diteken.

Meski membuat sahabat lama Indonesia gerah, peristiwa tersebut membuat Pakistan terus mengenang jasa baik Indonesia. Kerjasama tersebut banyak bermanfaat dalam misi dukungan militer Indonesia dalam konflik Afghanistan yang diduduki Uni Soviet pada era-1980-an.

Menariknya, pangkalan tempat kapal selam Indonesia di Cittagong, Pakistan Timur, tak berapa lama kemudian memerdekakan diri sebagai Bangladesh yang kelahirannya pun tak lepas dari dukungan militer India terhadap gerakan Mukti Bahini.


Nilai ekonomi 

Meski demikian, sebagai kerja sama yang idealnya saling menguntungkan dan setara, jika dilihat dari kuantitas dan kualitas saling berbalas kunjungan, di antara keempat negara lain di Asia Selatan, hubungan diplomatik Indonesia tetaplah paling erat dengan India. Seluruh presiden Indonesia pun rajin dan konsisten menjaga kualitas jalinan hubungan tersebut.

Benar bahwa hubungan ekonomi Indonesia dan India memang naik turun, namun Indonesia lebih gagah karena menikmati keuntungan lebih. Hanya pada tahun 1970-an hingga pertengahan 1980-an, India menikmati surplus. Selebihnya Indonesia yang lebih diuntungkan.

Di luar itu, sejak memiliki hubungan ekonomi, kedua negara pun relatif stabil. Riak sempat muncul ketika pada awal 1990-an, Pemerintahan Soeharto memutuskan penghentian impor sapi dari India karena alasan keamanan pangan yang memang berlaku secara internasional.

Toh urusan daging tak membuat hubungan Indonesia-India terganggu serius. Bagai film Bolywood, jalinan Indonesia dan India termasuk romantis. Saling berkunjung tak kurang. Bahkan kunjungan presiden paling banyak bahkan dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Tercatat tiga kali, Presiden SBY berkunjung ke India termasuk ketika meneken Strategic Partnership Agreement pada 2005 dan menghadiri hari jadi India pada 2011 dan didaulat sebagai chief guest atau tamu utama.

Pada sisi lain, hubungan dagang Indonesia dengan Pakistan dan Afghanistan pun tak kalah menariknya. Hingga akhir 2015, Indonesia masih menikmati surplus.

Tak heran jika kini pemerintahan Jokowi melonggarkan impor jeruk Pakistan, jumlahnya masih jauh di bawah surplus nilai ekspor produk sayuran Indonesia.

Bagaimana hubungan ekonomi Indonesia dan Bangladesh? Sejauh ini data yang ada masih sangat minim.

Meski demikian, sudah bisa dipastikan kunjungan Jokowi ke Dhaka melipatgandakan ekspor Indonesia berkat ditekennya perjanjian ekspor gas ke Bangladesh selama satu dekade mendatang.

Di luar usaha menjaga tali silahturahmi dan keberhasilan mencari cuan dari setiap kunjungan, jelas kepentingan Indonesia dalam kunjungan Jokowi ke Bangladesh adalah meneruskan upaya intervensi Indonesia terhadap sengketa pengungsi Rohingya yang menjadi persoalan kemanusiaan Asia Tenggara.

Kita tentu belum lupa bagaimana pada September 2017 ketika Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi atas perintah Presiden Jokowi terbang ke Yangon untuk kemudian ke Naypyidaw untuk memberikan tekanan langsung pada pemerintah Myanmar agar aksi kekerasan terhadap Rohingya di wilayah Rakhine dihentikan.

Menariknya, ketika Jokowi mampir ke Bangladesh, dia melakukan kunjungan ke kamp pengungsi Rohingya di Kamp Jamtoli, Sub Distrik Ukhiya, Distrik Cox's Bazar, Bangladesh. Tindakan simpatik serupa Presiden Soeharto yang mendadak mampir ke kamp pengungsi asal Afghanistan di Gandaf, Pakistan, pada akhir tahun 1980.

Kunjungan seorang pemimpin negara tentu diharapkan dapat mempercepat proses penanganan pengungsi dan penyelesaian konflik yang sedikit banyak berpengaruh terhadap kondisi regional secara keseluruhan.

https://nasional.kompas.com/read/2018/01/31/18331341/lawatan-ke-selatan-upaya-jokowi-menyempurnakan-visi-diplomasi-ri

Terkini Lainnya

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke