JAKARTA, KOMPAS.com - Migrasi manusia berskala masif terjadi setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri di Indonesia. Jutaan manusia berbondong-bondong pulang mudik ke kampung halaman demi merayakan lebaran bersama keluarga.
Termasuk para perantau di Jakarta ini, Tolkhani, Wulan, Gustav dan Akbari. Empat pemudik ini akan pulang ke 4 kota berbeda, menggunakan 4 moda transportasi berbeda.
Tolkhani mengendarai sepeda motor ke Tegal, Wulan naik kereta api ke Malang, Gustav menyetir mobil pribadi ke Palembang dan Akbari menggunakan kapal laut ke Makassar.
Tolkhani harus berjibaku dengan kemacetan mengular di sepanjang jalur Pantura. Gustav yang membawa 2 anak kecil, harus bersabar berjam-jam mengantre masuk kapal penyeberangan di pelabuhan Merak Banten menuju Lampung.
Wulan kesulitan membeli tiket kereta api kelas ekonomi yang dalam sekejap ludes terjual. Sedangkan Akbari, terpaksa merayakan hari-H Idul Fitri di atas kapal akibat jadwal kapal mundur sehari.
Mudik bukan semata kisah pulang kampung para pemudik, tapi sudah menjelma menjadi hajatan tahunan bagi pemerintah. Pemerintah akan menghadapi pekerjaan besar, karena lautan manusia akan bergerak serentak. Jumlah pemudik diperkirakan mencapai puluhan juta orang.
Dalam rekam jejak penyelenggaraan mudik, selalu menelan banyak korban jiwa yang melayang sia-sia di jalan raya. Perjalanan mudik yang penuh suka cita, bisa berujung tragis menjadi duka cita.
Ikuti perjalanan 4 pemudik Tolkhani dan kawan-kawan, yang penuh perjuangan demi merayakan lebaran bersama keluarga di kampung halaman, dalam web series dokumenter “Pulang” yang tayang eksklutif hanya di www.kompas.tv mulai 20 Juni 2017. (Anjas Prawioko)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.