Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas HAM Ikut Rumuskan Solusi Kelebihan Kapasitas di Lapas

Kompas.com - 09/05/2017, 17:40 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Hak Asasi Manusia (Dirjen HAM) Kementerian Hukum dan HAM Mualimin Abdi mengatakan, Kemenkumham melibatkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk merumuskan solusi soal kelebihan kapasitas yang terjadi di rutan dan lapas.

Rumusan solusi ini akan disampaikan kepada Presiden.

Mualimin mengatakan, Komnas HAM akan diajak meninjau Rutan Klas IIB atau Rutan Sialang Bungkuk di Pekanbaru, Riau, tempat ratusan tahanan kabur.

"Besok saya dengan Komnas HAM akan berkunjung ke rutan yang kemarin, harapannya itu agar Komnas dan pemerintah terutama Kemenkumham merumuskan cara mengurangi over crowded dan kapasitas," kata Mualimin, seusai seminar yang digelar Kementerian Hukum dan HAM RI di Cinere, Depok, Jawa Barat, Selasa (9/5/2017).

Menurut dia, Kemenkumham sepakat dengan Komnas HAM yang akan meminta Presiden mengambil kebijakan mengurangi over capacity tahanan dengan memberi pengurangan masa penahanan.

"Kemarin kita sepakat Komnas HAM mendorong Bapak Presiden untuk mengambil trobosan misalnya dengan grasi terhadap tindak pidana ringan yang sebentar lagi habis masa penahanannya, terhadap orang yang sakit-sakitan, dan terhadap orang yang tua," ujar Mualimin.

Mualimin menyebutkan, sekitar 45 persen tahanan lapas dan rutan terkait kasus narkoba.

Meski sebagian besar yang ditahan adalah bandar, ada juga pemakai yang dimasukkan ke rutan atau lapas.

Mereka yang merupakan pemakai dan masa hukumannya tak lama, akan didorong untuk diberi grasi.

"Kami akan dorong Pak Presiden beri grasi, ini yang kami rumuskan sama Komnas HAM," ujar Mualimin. 

"Tapi pesan Menteri Hukum dan HAM jangan ada lagi kasus (seperti) di Riau, itu yang kami akan pikirkan," lanjut dia.

Tak hanya Komnas HAM, Ombudsman RI juga mengunjungi ke Rutan Sialang Bungkung pada hari ini.

Ombudsman meneliti apakah pelayanan ke masyarakat di rutan tersebut sudah dilakukan sesuai prosedur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Nasional
Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Nasional
Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Nasional
BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

Nasional
Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Nasional
Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Nasional
PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

Nasional
Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Nasional
Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com