KOMPAS - Tiga hari sebelum pemungutan suara pemilihan kepala daerah atau pilkada di sejumlah daerah di Indonesia, di Manado, Sulawesi Utara, Minggu, 12 Februari 2017, berlangsung dialog pribadi di antara dua tokoh.
Cucu Bung Karno yang kini menjadi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani bertemu dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj.
Puan mengatakan, persahabatan antara orangtuanya, Taufiq Kiemas dan Megawati, dengan Said Aqil Siroj berlangsung sejak masa lalu.
"Saya punya cerita, ketika saya akan naik haji pertama, ketika itu ibu saya masih menjabat wakil presiden. Saat itu saya baru hamil lima bulan," ujar Puan.
Karena sedang hamil pertama, orangtua Puan meminta pertimbangan kepada Said Aqil Siroj. Setelah mendapat pertimbangan dari tokoh NU itu, Puan dan kedua orangtuanya pergi ke Tanah Suci. Said Aqil Siroj menjadi penasihat rohani keluarga Puan Maharani.
"Ketika membimbing kami di Tanah Suci, Pak Said Aqil Siroj selalu mencarikan kami ayat-ayat yang tidak susah. Setiap saya tanya arti dari ayat-ayat itu, Pak Kiai Said Aqil selalu mengatakan, 'Pokoknya ikutin saya (Said Aqil) saja', dan saya percaya. Ketika keluarga saya naik haji tiga tahun lalu, kami memercayakan kembali Pak Said Aqil menjadi pembimbing kami lagi," begitu cerita Puan.
Tidak usah dipikirkan
Sementara dalam dialog itu, Said Aqil Siroj bercerita tentang tokoh Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid, presiden ke-4 RI. Gus Dur, kata Said Aqil, selalu mengajarkan agar kita jangan sombong.
Suatu hari, lanjut Said Aqil, ada orang minta nasihat kepada Gus Dur. Orang itu mengatakan punya masalah berat.
"Gus Dur tanya, apakah masalah itu bisa diatasi, orang itu bilang bisa. Maka, Gus Dur mengatakan, 'Ya sudah, tidak usah dipikirkan lagi'," cerita Said Aqil.
Di lain waktu, ada lagi orang menyampaikan keluhannya kepada Gus Dur. Orang itu bilang usahanya bangkrut, utangnya banyak, dan uangnya dibawa lari orang.
"Gus Dur pun bertanya kepada orang itu, apakah masalah ini bisa diatasi, orang itu bilang tidak bisa. Gus Dur langsung bilang, 'Ya sudah, tidak usah dipikirkan'," tutur Said Aqil berkisah tentang Gus Dur.
Kemudian, Said Aqil Siroj bercerita tentang kisah yang pernah disampaikan Gus Dur.
Ceritanya begini. Ada pemuda kuat dan sombong. Ia sesumbar bisa memukul sampai pecah batu sebesar kerbau lima kali. Sampai 100 kali dipukul dengan palu oleh pemuda itu, batu tidak pecah.
Datanglah seorang kiai tua. Mungkin, ujar Said Aqil, orang tua itu kiai NU karena perawakannya kurus. Kiai kurus itu memukul lima kali batu itu dan pecah. Pemuda itu menduga kiai itu hebat, sakti mandraguna.