JAKARTA, KOMPAS.com — Kelompok teroris Majalengka pernah berniat memproduksi sabu.
Mereka mendirikan laboratorium untuk membuat barang haram tersebut. Ide ini dicetuskan sebelum kelompok itu meracik bom berdaya ledak tinggi.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, kelompok ini mulanya berniat menjual sabu untuk menopang biaya kegiatan teror.
"Cita-citanya sabu dijual untuk mendapat uang untuk kegiatan aksi teror," ujar Boy di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Rabu (30/11/2016).
(Baca: Teroris di Majalengka Incar Gedung DPR, Mabes Polri, hingga Mako Brimob)
Salah satu pelaku berinisial RPW mencetuskan pembuatan laboratorium. Ia berbekal pengetahuan selama menjalani pendidikan di bidang pertanian.
RPW hobi bereksperimen dengan senyawa kimia. Laboratorium itu pun dibuat di rumahnya dengan peralatan seadanya.
"Dengan adanya persamaan persepsi dengan kelompoknya, mereka mencoba memproduksi sabu," kata Boy.
Namun, belakangan rencana mereka membuat sabu berganti menjadi ide untuk meracik bom dari bahan kimia.
Hal tersebut disebabkan RPW dianggap belum berhasil meracik sabu dengan takaran yang tepat.
Boy memastikan kelompok ini tidak pernah jadi memproduksi sabu karena langsung beralih ke pembuatan bahan peledak.
"Bom ini juga diperdagangkan untuk mendapatkan uang selain untuk mengeksekusi sendiri," kata Boy.
Terlebih lagi, RPW terpengaruh dengan buku-buku dan artikel yang bermuatan ajaran radikal.
Karena itu, ia mencoba membuat bahan peledak dari senyawa kimia. Bahan kimia yang digunakan pun termasuk mudah didapatkan dan harganya relatif terjangkau.
Jika jadi diledakkan, kata Boy, kekuatannya bisa sangat besar. Bahkan, dua kali lipat ledakan bom Bali. Hanya, kelompok ini belum mendapatkan detonator karena harganya yang cukup mahal.
(Baca: Daya Ledak Bom Racikan Teroris Majalengka Dua Kali Lipat Lebih Kuat dari Bom Bali)
"Dengan adanya keberhasilan mereka membuat bom ini, nantinya mereka akan menerima pesanan bom dari kelompok mana saja yang membutuhkan bom," kata Boy.
Selain RPW, polisi juga menangkap BA, ESB, dan HR yang ditangkap di tempat terpisah.
Diketahui bahwa mereka berbaiat kepada kelompok Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JADKN) pimpinan Bahrun Naim, yang terafiliasi dengan kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.