Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ujaran Kebencian Ancam Persatuan

Kompas.com - 09/11/2016, 15:29 WIB

MEDAN, KOMPAS — Masyarakat pengguna internet perlu lebih cermat dalam menerima dan menyebarluaskan informasi melalui media sosial. Informasi memuat ujaran kebencian yang menyebar dengan cepat dapat mengancam persatuan bangsa.

Hal ini mengemuka dalam seminar bertajuk "Implementasi Semangat Kepahlawanan Guna Mencegah Paham Radikalisme dan Terorisme dalam Rangka Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa" di Auditorium Universitas Negeri Medan (Unimed), Medan, Sumatera Utara, Selasa (8/11).

Sekretaris Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Letnan Jenderal Yayat Sudrajat, Kepala Staf Kodam I Bukit Barisan Brigadir Jenderal (TNI) Tiopan Aritonang, Rektor Unimed Syawal Gultom, Ketua Kwartir Nasional Pramuka Adhyaksa Dault, dan Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris menjadi pembicara.

Yayat mengatakan, salah satu cita-cita kemerdekaan Indonesia adalah persatuan bangsa. Untuk mewujudkan cita-cita persatuan itu, tantangan yang paling berat dalam menghadapinya adalah tantangan nonfisik.

"Kemajuan teknologi membuat paham kebencian, radikalisme, dan terorisme menyebar dengan sangat cepat," ujar Yayat.

Perang informasi

Perkembangan teknologi dan semakin banyaknya pengguna internet di Indonesia, kata Adhyaksa, telah memicu perang informasi. Melalui media sosial, berbagai informasi begitu cepat masuk ke ruang pribadi masyarakat pengguna internet. Informasi itu sangat mudah memengaruhi sikap masyarakat dan membentuk opini publik.

Pengguna internet saat ini juga tidak lagi bersikap pasif sebagai penerima informasi semata. Masyarakat telah berubah menjadi jurnalis warga yang memproduksi informasi dan menyebarkannya dengan sangat cepat.

KOMPAS Penanganan ujaran kebencian

"Tidak jarang, berbagai pihak juga memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan kebencian," katanya.

Ujaran kebencian, kata Adhyaksa, dengan mudah menyebar karena dikemas dalam bahasa yang sangat provokatif. Kebencian itu bahkan bisa menimbulkan "kegilaan".

"Kita harus hati-hati memilih dan mencermati mana informasi yang benar dan mana yang salah. Jika tidak, bangsa ini bisa terjebak dalam kegilaan yang disebabkan kebencian," ujarnya.

Menurut Irfan, kemajuan teknologi media sosial ibarat dua mata pisau. Di satu sisi, ia memberi kemudahan bagi penggunanya untuk mengakses informasi. Di sisi lain, banyak pihak yang memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan ujaran kebencian.

Irfan mengatakan, berdasarkan penelitian yang mereka lakukan, jaringan terorisme saat ini menyasar generasi muda untuk direkrut sebagai anggotanya melalui jaringan internet. Mereka memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan radikalisme. Sesuai dengan data BNPT, sebanyak 47,3 persen pelaku tindak pidana terorisme berusia 20 tahun-30 tahun. "Sejauh ini, saya melihat unsur provokasi di media sosial lebih kuat. Lebih banyak informasi bohong daripada benar," ujarnya. (NSA)

 

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 November 2016, di halaman 4 dengan judul "Ujaran Kebencian Ancam Persatuan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Adam Deni Dituntut 1 Tahun Penjara dalam Kasus Dugaan Pencemaran Nama Baik Ahmad Sahroni

Adam Deni Dituntut 1 Tahun Penjara dalam Kasus Dugaan Pencemaran Nama Baik Ahmad Sahroni

Nasional
Polri Ungkap Peran 2 WN Nigeria dalam Kasus Penipuan Berkedok 'E-mail' Bisnis

Polri Ungkap Peran 2 WN Nigeria dalam Kasus Penipuan Berkedok "E-mail" Bisnis

Nasional
Hakim MK Pertanyakan KTA Kuasa Hukum Demokrat yang Kedaluwarsa

Hakim MK Pertanyakan KTA Kuasa Hukum Demokrat yang Kedaluwarsa

Nasional
Di Hadapan Wapres, Ketum MUI: Kalau Masih Ada Korupsi, Kesejahteraan Rakyat 'Nyantol'

Di Hadapan Wapres, Ketum MUI: Kalau Masih Ada Korupsi, Kesejahteraan Rakyat "Nyantol"

Nasional
Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok 'E-mail' Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok "E-mail" Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Nasional
Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Nasional
Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Nasional
Rayakan Ulang Tahun Ke-55, Anies Gelar 'Open House'

Rayakan Ulang Tahun Ke-55, Anies Gelar "Open House"

Nasional
KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

Nasional
Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Nasional
Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Nasional
Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Nasional
Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Nasional
Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Nasional
Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com