JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mulai intensif menyoroti penyebaran paham radikal melalui media sosial.
Kepala BNPT Suhardi Alius mengatakan, besar kemungkinan para penyebar paham radikal membuat sel terorisme baru di media sosial.
Hal tersebut dianggap berbahaya karena mayoritas anak muda saat ini sangat erat dengan dunia maya.
"Hasil survei, 64,7 persen itu anak SMA main di sosial media 181 menit mereka habiskan di sosial media, 134 menit di TV. Dari survei 2015 ada 139 juta pengguna internet di Indonesia," kata Suhardi, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (15/9/2016).
Namun, ia tak membeberkan lebih rinci mengenai survei tersebut.
Suhardi menekankan bahwa internet, dalam hal ini media sosial, sudah seperti pedang bermata dua.
Di satu sisi memiliki dampak positif, namun di sisi lain juga memiliki dampak negatif.
Ia menambahkan, perlu kerja sama lintas kementerian untuk mencegah penyebaran paham radikal yang semakin masif di media sosial.
BNPT, kata Suhardi, tak bisa hanya bekerja sendiri.
"Bagaimana Kominfo, Kemdikbud mengatur kurikulum, para guru, para dosen, pendidik, juga orang tua memantau anaknya sehibgga tidak terpapar radikalisme dan perbuatan menyimpang lainnya," ujar Suhardi.
"Juga Kemenristekdikti kepada mahasiswanya. Ketika mereka melakukan perbuatan tidak lazim, bikin kelompok, jangan didiamkan. Laporkan sebagai identifikasi awal," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.