Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Ubah Tradisi Istana soal Menyambut Tamu Negara

Kompas.com - 23/07/2016, 08:56 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Istana Kepresidenan mengubah tradisi penerimaan tamu negara. Hal tersebut merupakan ide Presiden Joko Widodo sendiri. Biasanya, semua tamu negara langsung masuk ke halaman Istana.

Kini, mereka harus masuk dan mengitari halaman Monumen Nasional (Monas) terlebih dahulu. Setelah itu, sang tamu negara akan dijemput oleh parade pasukan nusantara kemudian diantar sampai masuk ke halaman Istana di mana Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana telah menunggu kedatangannya.

Parade pasukan nusantara itu terdiri dari Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) yang didandani mengenakan kostum prajurit berbagai kerajaan di Indonesia. Pasukan berkuda juga turut dalam bagiannya.

Di halaman Istana, ratusan pelajar disiapkan untuk menyambut tamu negara itu. Terakhir, Presiden dan tamu negara tersebut akan mengikuti prosesi upacara militer. Lagu kebangsaan kedua negara dikumandangkan dalam upacara itu.

Presiden dan tamu negara juga melaksanakan jajar pasukan di penghujung upacara.

"Ini Pak Presiden sendiri yang punya ide ya. Ya ini kan banyak terjadi juga di negara lain. Pak Presiden ingin ada suasana yang agak gembira di Istana. Masak Istana didemo terus," Menteri Sekretaris Negara Pratikno, beberapa waktu lalu.

Selain memberi raut kebahagiaan bagi wajah Istana, penyambutan tamu negara semacam itu juga merupakan bentuk Presiden Jokowi untuk menghormati tamu negara.

Soal pelibatan pelajar SMP dan SMA, Pratikno mengatakan, tidak tergantung pada sekolah tertentu. Istana akan mencari mana sekolah yang mudah diakses saja demi mendatangkan siswa-siswinya.

Pratikno yakin, menjadi bagian dari upacara penyambutan tamu negara di Istana akan jadi kesan yang mendalam bagi pelajar tersebut.

"Mereka akan senang sekali, apalagi suatu saat kalau menjadi menteri dia akan ingat pernah berjemur disitu," ujar Pratikno sembari tertawa.

Upacara penyambutan seperti itu pertama kali digelar ketika menerima Perdana Menteri Selandia Baru John Key beserta istrinya Bronagh Key, Senin (18/7/2016) lalu.

Namun, Pratikno mengatakan bahwa pasukan nusantara untuk menyambut tamu negara lain setelah Key akan mengenakan kostum prajurit kerajaan yang berbeda.

"Kami akan membuat konstum yang lebih representatif lagi. Tujuannya menyampaikan varietas kekayaan indonesia," ujar Pratikno.

Perubahan penyambutan tamu negara yang cukup signifikan ini, berimbas ke peningkatan anggaran. Namun, diakui Pratikno, jumlah peningkatannya sangat tidak signifikan. Sebab, seluruh prajurit beserta perlengkapannya merupakan aset TNI sehingga tidak perlu ada pembelian atau penyewaan.

"Pasukannya pasukan kita sendiri yang biasa di Istana, pasukan berkudanya juga. Semua itu punya kita juga. Jadi (kenaikan anggaran) sangat tidak signifikan, biasa saja," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadi Tersangka Korupsi, Eks Sestama Basarnas Mundur dari Kepala Baguna PDI-P

Jadi Tersangka Korupsi, Eks Sestama Basarnas Mundur dari Kepala Baguna PDI-P

Nasional
KY Prioritaskan Laporan KPK terhadap Majelis Hakim yang Bebaskan Gazalba Saleh

KY Prioritaskan Laporan KPK terhadap Majelis Hakim yang Bebaskan Gazalba Saleh

Nasional
PPATK Catat Perputaran Dana terkait Pemilu 2024 Senilai Rp 80,1 T

PPATK Catat Perputaran Dana terkait Pemilu 2024 Senilai Rp 80,1 T

Nasional
Anggota DPR Sebut PPATK Macan Ompong karena Laporan Tak Ditindaklanjuti Penegak Hukum

Anggota DPR Sebut PPATK Macan Ompong karena Laporan Tak Ditindaklanjuti Penegak Hukum

Nasional
KPK Sebut Kasus Bansos Presiden Terungkap Saat OTT Kemensos yang Seret Juliari

KPK Sebut Kasus Bansos Presiden Terungkap Saat OTT Kemensos yang Seret Juliari

Nasional
PDN Diretas, Ombudsman: Yang Produksi Ransomware Ini Harus Dicari dan Ditangkap

PDN Diretas, Ombudsman: Yang Produksi Ransomware Ini Harus Dicari dan Ditangkap

Nasional
KPK Duga Pengadaan Lahan di Rorotan oleh Perumda Sarana Jaya Rugikan Negara Rp 200 Miliar

KPK Duga Pengadaan Lahan di Rorotan oleh Perumda Sarana Jaya Rugikan Negara Rp 200 Miliar

Nasional
Kasus Rekayasa Jual Beli Emas Budi Said, Kejagung Periksa 3 Pegawai Pajak

Kasus Rekayasa Jual Beli Emas Budi Said, Kejagung Periksa 3 Pegawai Pajak

Nasional
Menko PMK Sebut Pinjamkan Nomor Rekening ke Pelaku Judi 'Online' Bisa Dipidana

Menko PMK Sebut Pinjamkan Nomor Rekening ke Pelaku Judi "Online" Bisa Dipidana

Nasional
Satgas Kantongi Identitas Pemain Judi Online, Bandar Belum Jadi Prioritas

Satgas Kantongi Identitas Pemain Judi Online, Bandar Belum Jadi Prioritas

Nasional
PKS Usung Anies-Sohibul Iman di Pilkada Jakarta, Tutup Peluang Cawagub dari Nasdem atau PDI-P?

PKS Usung Anies-Sohibul Iman di Pilkada Jakarta, Tutup Peluang Cawagub dari Nasdem atau PDI-P?

Nasional
Sudahi Manual, Waktunya Rekapitulasi Pemilu Elektronik

Sudahi Manual, Waktunya Rekapitulasi Pemilu Elektronik

Nasional
Menko PMK Minta Warga Waspadai Penyalahgunaan Rekening untuk Judi 'Online'

Menko PMK Minta Warga Waspadai Penyalahgunaan Rekening untuk Judi "Online"

Nasional
Saksi Ungkap Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton Jadi Baja untuk Bantu Industri Baja Nasional

Saksi Ungkap Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton Jadi Baja untuk Bantu Industri Baja Nasional

Nasional
Pendidikan dan Penguatan Demokrasi

Pendidikan dan Penguatan Demokrasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com