Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekretariat Bersama UU Pemilu Temui Ketua MPR untuk Diskusi Soal Pemilu 2019

Kompas.com - 19/07/2016, 18:34 WIB
advertorial

Penulis

Sekretariat Bersama Kodifikasi UU Pemilu temui Ketua MPR RI Zulkifli Hasan di ruang kerjanya, Selasa (19/7/2016). Kedatangan mereka bertujuan untuk memberi masukan terkait pemilihan Presiden, DPR, DPD, dan DPRD serta mendiskusikan naskah ilmiah yang telah mereka buat mengenai RUU Pemilu 2019.

Zulkifli Hasan menerima ajakan diskusi dari Sekretariat Bersama UU Pemilu. Pada pembicaraan yang berlangsung sekitar satu jam tersebut ada beberapa usulan yang disampaikan Sekretariat Bersama UU Pemilu yang diwakili oleh Direktur Ekesekutif Perludem dan Ketua Perludem Didik Supriyanto.

Pertama, pemisahan antara Pilpres dengan Pilkada agar proses pemilihan umum lebih efisien. Kedua, Pemilu proporsional tertutup. Ketiga, mempersempit dapil dan terakhir adalah memperkecil ambang batas Pemilu 2019 menjadi 1 persen.

Zulkifli menerima masukan tersebut dengan terbuka, tapi menurutnya tidak semua ideal untuk diterapkan di Pemilu 2019 nanti. Usulan pertama mengenai pemisahan antara Pilpres dan Pilkada menurutnya sangat baik, namun kecil kemungkinan partai-partai besar menyetujuinya.

Untuk usulan kedua, Zulkifli menyetakan keberatan. Menurutnya Pemilu dengan sistem proporsional tertutup sangat bertentangan dengan prinsip demokrasi Pancasila. Begitu juga dengan penyempitan dapil parpol. Semakin sempitnya dapil akan membuat cakupan Pemilu seperti sistem distrik.

“Secara teori betul, kalau saya setuju dengan usulan pertama, tapi partai besar apakah mau? Soal proporsional tertutup, saya rasa nantinya rakyat malah akan disesatkan seperti istilah ‘beli kucing dalam karung’. Demokrasi kita akan mundur lagi,” ujarnya.

Soal ambang batas, Zulkifli mengatakan sebaiknya ditiadakan saja agar kader yang sudah dapat perolehan suara tertinggi langsung dikukuhkan sebagai pemenang. Tidak akan ada lagi perdebatan atau gugatan pasca pemilu yang berlarut-larut. Peniadaan ambang batas akan menjadi penghargaan tersendiri bagi pemilih menurutnya.

Selain itu Zulkifli dan Sekretariat Bersama Kodifikasi UU Pemilu juga membicarakan tentang angka minimal perempuan sebagai wakil yang duduk di parlemen. Menurut Zulkifli idealnya adalah 30 persen. Namun kendalanya adalah masih minim calon perempuan yang terjun ke dunia politik dan memiliki pengikut.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com