Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wacana Intelijen Pertahanan Indikasikan Ada Masalah antara Kemenhan dan TNI

Kompas.com - 13/06/2016, 22:28 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana pembentukan badan intelijen pertahanan di bawah Kementerian Pertahanan yang dilontarkan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memunculkan pro dan kontra.

Peneliti dari Pusat Kajian Keamanan Migrasi dan Perbatasan, Mufti Makaarim, mengatakan, wacana itu bukan konsep baru.

Ia menilai, wacana ini menunjukkan adanya persoalan koordinasi antara Kementerian Pertahanan dan TNI.

Pasalnya, fungsi intelijen pertahanan saat ini sudah dipegang oleh Badan Intelijen Strategis (BAIS) yang berada di bawah TNI.

Bahkan, kata Mufti, saat ini terdapat dualitas fungsi BAIS yakni di ranah strategis dan operasional.

"Saya melihat ada kontestasi ketika Menhan tidak bisa mengakses atau meminta informasi dari BAIS di bawah TNI. Ini ada persoalan koordinasi antara Menhan dan TNI," ujar Mufti, saat memberikan keterangan di Kantor Kontras, Jakarta Pusat, Senin (13/6/2016).

Mufti mengatakan, seharusnya Menhan bisa memahami bahwa fungsi intelijen pertahanan strategis yang saat ini berada di BAIS bisa diambil alih di bawah Kementerian Pertahanan tanpa perlu membentuk badan intelijen baru.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Imparsial Al Araf mengatakan, rencana Menhan tersebut tak efisien untuk menata kembali reformasi di bidang intelijen. 

Menurut dia,persoalan reformasi intelijen seharusnya diselesaikan secara komprehensif, yakni dengan meletakkan fungsi dan peran lembaga intelijen yang sudah ada dalam kompartemensi yang jelas. 

Pada banyak negara, fungsi intelijen dibagi dalam kompartemen dan spesialisasi yang jelas.

Ia mencontohkan, Inggris memiliki MI6 untuk menghadapi acaman luar negeri, sedangkan urusan intelijen dalam negeri diserahkan kepada MI5.

"Bila Kemhan bentuk badan intelijen baru dan BAIS (Badan Intelijen Strategis) tetap berada di bawah TNI maka tidak akan efisien. Jadinya akan tumpang tindih lagi fungsinya," ujar Araf.

Ia menyebutkan, pemerintah seharusnya segera melakukan reformasi di bidang intelijen, salah satunya dengan mereposisi Badan Intelijen Strategis di bawah Kementerian Pertahanan.

Menurut Araf, BAIS seharusnya berada di bawah Kemhan, bukan TNI, karena merupakan lembaga intelijen yang memiliki peran menyuplai analisis-analisis di isu-isu strategis.

Sementara, TNI cukup menjalankan fungsi intelijen teritorial dan intelijen tempur yang saat ini ada di setiap batalyon. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi 'Online'

Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi "Online"

Nasional
Dilema PDI-P di Pilkada Jakarta: Gabung PKS atau Buat Koalisi Baru

Dilema PDI-P di Pilkada Jakarta: Gabung PKS atau Buat Koalisi Baru

Nasional
Jelang Pilkada, Baharkam Polri Minta Jajaran Petakan Kerawanan dan Mitigasi Konflik

Jelang Pilkada, Baharkam Polri Minta Jajaran Petakan Kerawanan dan Mitigasi Konflik

Nasional
PPATK Ungkap Lebih dari 1.000 Anggota Legislatif Main Judi Online

PPATK Ungkap Lebih dari 1.000 Anggota Legislatif Main Judi Online

Nasional
Bawaslu Luncurkan Posko Kawal Hak Pilih Pilkada Serentak 2024

Bawaslu Luncurkan Posko Kawal Hak Pilih Pilkada Serentak 2024

Nasional
KY Terima Laporan KPK terhadap Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

KY Terima Laporan KPK terhadap Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Nasional
Belum Sentuh Bandar, Satgas Pemberantasan Judi Online Dianggap Mengecewakan

Belum Sentuh Bandar, Satgas Pemberantasan Judi Online Dianggap Mengecewakan

Nasional
Mempermainkan Hukum sebagai Senjata Politik

Mempermainkan Hukum sebagai Senjata Politik

Nasional
KPK Duga Korupsi Bansos Presiden Rugikan Negara Capai Rp 125 Miliar

KPK Duga Korupsi Bansos Presiden Rugikan Negara Capai Rp 125 Miliar

Nasional
Jadi Tersangka Korupsi, Eks Sestama Basarnas Mundur dari Kepala Baguna PDI-P

Jadi Tersangka Korupsi, Eks Sestama Basarnas Mundur dari Kepala Baguna PDI-P

Nasional
KY Prioritaskan Laporan KPK terhadap Majelis Hakim yang Bebaskan Gazalba Saleh

KY Prioritaskan Laporan KPK terhadap Majelis Hakim yang Bebaskan Gazalba Saleh

Nasional
PPATK Catat Perputaran Dana terkait Pemilu 2024 Senilai Rp 80,1 T

PPATK Catat Perputaran Dana terkait Pemilu 2024 Senilai Rp 80,1 T

Nasional
Anggota DPR Sebut PPATK Macan Ompong karena Laporan Tak Ditindaklanjuti Penegak Hukum

Anggota DPR Sebut PPATK Macan Ompong karena Laporan Tak Ditindaklanjuti Penegak Hukum

Nasional
KPK Sebut Kasus Bansos Presiden Terungkap Saat OTT Kemensos yang Seret Juliari

KPK Sebut Kasus Bansos Presiden Terungkap Saat OTT Kemensos yang Seret Juliari

Nasional
PDN Diretas, Ombudsman: Yang Produksi Ransomware Ini Harus Dicari dan Ditangkap

PDN Diretas, Ombudsman: Yang Produksi Ransomware Ini Harus Dicari dan Ditangkap

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com