Penyanderaan 10 awak kapal Tug Boat Brahma 12 asal Indonesia di perairan sekitar Laut Sulu di Kepulauan Sulu, Filipina Selatan mengingatkan kembali makna strategis dan perlunya pengamanan perbatasan laut dan penguatan Poros Maritim.
Kepulauan Sulu dan Pulau Mindanao adalah wilayah strategis yang terbelakang di Filipina yang berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia dan Negara Bagian Sabah, Malaysia.
Pada saat Jepang menyerang Filipina wilayah Amerika Serikat, Jenderal Douglas MacArthur diungsikan dari Luzon ke Australia via perairan Kepulauan Sulu-Mindanao tanggal 13 Januari 1942 dengan kapal torpedo PT Boat. Selanjutnya dia diterbangkan dari Mindanao ke Melbourne Australia dengan Bomber B-17.
Armada Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) di Asia juga menjaga poros Manila-Jawa-Australia dari perairan Laut Sulu-Laut Sulawesi-Selat Makassar hingga Selat Jawa.
Dalam buku "US Navy in World War II" disebutkan Pulau Tarakan, ketika itu wilayah Hindia-Belanda bagian Afdeling Bulungan kini Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia, menjadi pangkalan transit Panglima Armada Asia (US Asiatic Fleet) di bawah Laksamana Thomas Hart dengan kapal komando (flagship) USS Houston.
Jauh sebelum kekuasaan Amerika Serikat di Kepulauan Sulu sejak Perang Amerika-Spanyol 1898, wilayah Sulu dan Mindanao menjadi tempat yang dinamis secara politik regional di kawasan Sulawesi, Kalimantan dan Kepulauan Maluku.
M Adnan Amal dalam buku "Kepulauan Rempah-Rempah, Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950" mengatakan, Kerajaan Jailolo di Maluku Utara pernah berada di bawah kekuasaan Syarif adik Sultan Mindanao.
Dalam tradisi masyarakat Kepulauan Maluku dikenal juga sebutan Pulau Seram sebagai Nusa Ina – tanah leluhur dan Pulau Mindanao sebagai Maluku Besar.
Hubungan kawasan tersebut memang erat. Petinju Filipina Manny “Pacman” Pacquiao dikenal berasal dari Pulau Sarangani yang secara etnis memiliki kemiripan dengan etnis Sangir-Talaud di Sulawesi Utara.
Pulau Sarangani dan Pulau Balut di dekat Kota General Santos itu terletak tidak jauh dari Pulau Marore wilayah paling ujung perbatasan Sulawesi Utara.
Kandidat doktor ilmu sejarah Roderick Orlina di Murdoch University, Perth Australia bercerita kedekatan hubungan regional Maluku Utara, Sulawesi Utara dan Filipina Selatan hingga Sabah dan Kalimantan Utara.
“Memang ada kedekatan dan hubungan tradisional yang berlangsung sebelum kedatangan Bangsa Eropa,” kata Orlina yang warga Amerika Serikat berdarah Filipina.
Guru besar sejarah maritim Universitas Indonesia (Alm) Adrian B Lapian dalam buku "Orang Laut Bajak Laut Raja Laut" mengungkapkan kawasan Kepulauan Sulu dan Mindanao sejak tahun 1700-an dan 1800-an sudah ditakuti karena aktivitas bajak laut dan perompakan.
Dalam kosa kata Melayu di Indonesia dikenal sebutan “Perompak Lanun”. Lanun itu merujuk pada wilayah Lanao di sebelah barat Mindanao dekat dengan wilayah Kepulauan dan Kesultanan Sulu.
Orang Spanyol di Filipina menyamaratakan “Lanun” untuk menyebut etnis Maranao, Ilanun, Mangindano Tausug dan Samal. Kelompok etnis Tausug dan Samal adalah penghuni Kepulauan Sulu.