Menurut dia, ancaman keamanan ke depan tak lagi berbentuk perang konvensional seperti di jaman dahulu.
"Bangsa ini mau dibawa kemana ya pers (kuncinya). Masayarakat kita di sudut-sudut belum bisa melakukan cek dan ricek, sehingga apa yang diterima itu membentuk opini," kata Gatot saat menyampaikan sambutan dalam kegiatan "Sail Journalist" di KRI Makassar, Jumat (5/2/2016).
"Sail Journalist" merupakan salah satu rangkaian kegiatan peringatan Hari Pers Nasional yang puncaknya akan dirayakan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa (9/2/2016). Menurut rencana, Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan menghadiri puncak kegiatan tersebut.
(Baca: Apakah Internet Membunuh Jurnalisme?)
Dalam kondisi apapun, Gatot menambahkan, media selalu berupaya untuk menyajikan informasi kepada masyarakat.
Oleh karena itu, ia berharap, agar media dapat menyajikan berita yang objektif serta menganalisa kemungkinan terjadinya potensi ancaman atas berita yang hendak dibuat.
"Fakta bahwa wartawan setiap saat berperang, setiap saat dalam kondisi terkini mencari informasi yang tepat, sehingga kemajuan bangsa, anak muda kita, semua dari wartawan," ujarnya.
Proxy war
Gatot menambahkan, ancaman keamanan yang paling nyata saat ini yaitu proxy war. Tanpa disadari, keberadaan proxy war sudah ada sejak beberapa tahun lalu.
Ancaman itu memiliki berbagai macam bentuk seperti gerakan separatis, demonstrasi massa, hingga penggalangan opini.
"Proxy war itu adalah sebuah konfrontasi antara dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung," ujarnya.
(Baca: Jurnalisme Ponsel, Kreativitas Melawan Media Arus Utama)
Melalui proxy war tersebut, ia mengatakan sulit dikenali siapa kawan dan siapa lawan. Sebab, musuh mengendalikan non state actors dari jauh.
Di samping itu, negara musuh juga akan membiayai semua kebutuhan yang diperlukan non state actors dengan imbalan mereka mau melakukan segala sesuatu yang diinginkan penyandang dana.
"Maka dari itu, mari kita bersama-sama mencerdaskan bangsa kemudian memberikan informasi yang tepat sehingga jangan sampai dipengaruhi lagi hal-hal yang negatif tidak ada dalam sejarahnya Indonesia kita baku bunuh sesama saudara," ujar Gatot.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.