KOMPAS.com - Jargon politik sudah menjadi kebiasaan yang digunakan para pemimpin bangsa dari Presiden Sukarno (Bung Karno) hingga Joko Widodo (Jokowi) untuk memenangkan hati rakyat.
Di masa pemerintahannya, Bung Karno mencetuskan "Panca Azimat Revolusi" yang disusunnya sebagai visi kenegarawanannya dan menjadi landasan berbangsa dan bernegara sejak Indonesia merdeka.
Dukungan rakyat terhadap konsep Bung Karno begitu besar saat itu. Bahkan saat situasi politik nasional tengah mengalami goncangan sejak meletuskan pemberontakan yang belakangan disebut G30S/PKI, 30 September 1965.
Harian Kompas edisi 27 Januari 1966 melaporkan, beribu-ribu masyarakat dari segala golongan, aliran, dan lapisan menghadiri rapat umum masyarakat ibu kota di Lapangan Banteng, Jakarta.
Rapat umum itu menghasilkan suatu pernyataan yang berisi Ikrar "Catur Cita Rasa Rakyat".
Dalam pernyataan tersebut antara lain dikatakan, bahwa kami yang secara konsekuen berdiri di atas landasan "lima azimat revolusi" dan mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno sampai titik darah penghabisan.
Mereka juga menamakan dirinya sebagai adalah merupakan "Barisan Bung Karno".
Pernyataan tersebut ditandatangani oleh wakil-wakil dari 114 organisasi massa dan organisasi politik se-Jakarta Raya.
Meski pada akhirnya Bung Karno harus lengser, semangat tersebut tetap menyala.
Nawa Cita yang dicanangkan Jokowi sebagai prioritas pemerintahannya pun diakui sebagai kelanjutan dari semangat Trisakti yang merupakan salah satu bagian dari konsepsi Bung Karno tersebut. (Baca: Ini Nawa Cita, 9 Agenda Prioritas Jokowi-JK)
Untuk berlangganan Harian Kompas, klik di sini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.