JAKARTA, KOMPAS.com — Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti mengatakan, komunitas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) merupakan penjelmaan dari kelompok Al Qiyadah Al Islamiyah.
Organisasi yang dipimpin oleh Ahmad Moshaddeq itu sebelumnya telah dinyatakan sebagai kelompok sesat dan menyesatkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Setelah beredarnya kabar mengenai hilangnya dokter Rica Trihandayani, polisi langsung mengusut asal-usul kelompok Gafatar.
Oleh sebab itu, Polri segera mengambil tindakan setelah mengetahui banyak kelompok Gafatar yang menetap di Kalimantan Barat.
"Memang di Kalbar itu ada 4.000 lebih anggota Gafatar. Mereka membuat komunitas eksklusif," kata Kapolri saat rapat kerja dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senin (25/1/2016).
Badrodin menambahkan, Polri mengambil langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya bentrok antara kelompok Gafatar dan penduduk asli yang tinggal di sekitar mereka.
Salah satu langkah yang dilakukan ialah mengembalikan mereka ke daerah asal.
"Selain melakukan pencerahan agama, perlu juga penanaman nilai-nilai Pancasila, kebangsaan. Nanti pasti dipilah, mana yang berkehendak kembali, mana yang tidak," ujarnya.
Sementara itu, Kapolda Kalimantan Barat Brigjen (Pol) Arief Sulistyanto mengatakan, setelah pemulangan kelompok Gafatar ke daerah asal, situasi di Kalimantan Barat berangsur kondusif.
Hingga saat ini, sudah sekitar 2.500 anggota kelompok Gafatar yang telah dipulangkan.
"Sudah empat KRI yang mengevakuasi. Masih sisa sekitar 1.700-an," kata Arief di Kompleks Parlemen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.