Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Surya Paloh, Gatot-Erry Mengeluh

Kompas.com - 30/11/2015, 12:19 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh kembali tidak hadir sebagai saksi dalam sidang terdakwa mantan Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Patrice Rio Capella. Alasannya, sakit.

Akhirnya, jaksa Ahmad Burhanuddin membacakan berita acara pemeriksaan (BAP) Paloh saat diperiksa oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi.

Dalam keterangan Paloh di BAP, ia mengaku diminta pengacara Otto Cornelis Kaligis untuk mengislahkan Gubernur nonaktif Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho dan Wakilnya, Tengku Erry Nuradi.

Saat itu, Kaligis juga menjabat Ketua Mahkamah Partai Nasdem.

"Sebulan sebelumnya OC Kaligis bilang ada permohonan Gatot untuk bisa bertemu. OC Kaligis bilang meminta saran dan pendapat," ujar jaksa Ahmad membacakan BAP Paloh di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (30/11/2015).

Islah tersebut dilakukan pada 21 Mei 2015, di Kantor DPP Nasdem. Dalam pertemuan itu, Erry mengeluhkan pembagian tugas di Pemerintah Provinsi Sumut yang tidak jelas. (baca: Surya Paloh Kembali Tak Hadir di Sidang Rio Capella)

"Erry (bilang), selama saya jadi wakil, pembagian tugas enggak jelas. Saya katakan, kalau gubernur dan wagub enggak harmonis, bagaimana kalian melaksanakan pembagian tugas?" kata Paloh dalam BAP.

Namun, Paloh mengaku sama sekali tidak mengetahui maksud ucapan Erry tersebut. Ia hanya berupaya mendamaikan keduanya, tanpa ingin mencampuri urusan antara Gatot dan Erry.

Sementara itu, Gatot mengeluhkan kurangnya dukungan Erry kepada Gatot.

"Kata gatot, bagaimana jalankan tugas sebagai Gubernur Sumut kalau tidak mendapat dukungan dari wakilnya," kata Paloh dalam keterangannya.

Pertemuan islah hanya berlangsung selama 20 menit. Saat itu, Paloh menegaskan kepada Gatot dan Erry bahwa ketidakharmonisan mereka akan berdampak buruk bagi masyarakat.

Dalam keterangannya, Paloh sama sekali tidak mengetahui mengenai rencana Gatot untuk mengamankan penyelidikan dugaan korupsi bantuan sosial di Kejaksaan Agung mau pun Kejaksaan Tinggi.

"Saya tidak pernah disampaikan OC Kaligis bahwa gatot ada masalah Kejati dan Kejagung," tutur Paloh dalam BAP.

Menurut Paloh, permintaan islah hanya dia dengar dari Kaligis. Ia sama sekali tidak pernah disampaikan oleh Rio untuk menjembatani islah Gatot-Erry.

Paloh juga mengaku tidak tahu adanya pemberian uang dari Gatot dan istrinya, Evy Susanti kepada Rio untuk mengamankan penyelidikan kasus bansos di Kejaksaam Agung.

"Saya tidak pernah mendapat laporan dari Rio bahwa dia terima Rp 200 juta dari Gatot dan Evy," kata Paloh.

Gatot melalui Evy diduga menyuap Rio sebesar Rp 200 juta untuk mengamankan penyelidikan kasus dugaan korupsi dana bantuan sosial di Pemerintah Provinsi Sumut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com