Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalla Anggap Sudirman Said Salah jika Tahu Aksi Novanto Tapi Tak Dilaporkan

Kompas.com - 20/11/2015, 06:06 WIB

KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla terus memberikan dukungan kepada Menteri ESDM Sudirman Said yang melaporan Ketua DPR Setya Novanto atas tuduhan pencatutan nama Presiden dan Wapres ke Freeport demi kelancaran renegosiasi kontrak karya.

Kalla mengaku telah bertemu Sudirman Said sebelum dia melaporkan Setya Novanto kepada MKD. Saat itu Kalla meminta Sudirman bisa bertanggung jawab terhadap laporan itu.

"Saya sampaikan ke Sudirman, 'Apa yang Anda katakan itu fakta atau tidak?," kata Kalla saat berada di Manila, dalam rekaman pernyataan Kalla yang dikirim Juru Bicara Wapres, Husain Abdullah, Kamis (19/11/2015).

"Dia (Sudirman) bilang, 'Fakta, dapat dipertanggungjawabkan'," ucap Kalla.

Karena itu Kalla pun minta Sudirman harus transparan dalam melakukan aksi pelaporan pencatutan nama Presiden dan Wapres.

Sebab, Sudirman bisa dianggap salah jika tahu peristiwa itu, namun tetap membiarkannya terjadi.

"Kalau tidak nanti dia kena. Saya bilang, 'Kalau pejabat, dia mengetahui ada pelanggaran di departemennya, dibuat oleh orang-orang tidak benar kemudian dia diaman, siapa yang salah?'. Dia (pejabat itu) yang salah," tutur Kalla.

"Karena itulah, daripada salah, ya harus di-clear-kan," ucapnya.

Bahayakan negara

Kalla pun menilai aksi pencatutan nama Presiden dan Wapres bisa membahayakan negara.

"Karena jika benar akan berbahaya apalagi dengan orang asing dan perusahaan besar," ucapnya.

Wapres mengatakan, jika permasalahan tersebut tidak selesai dan jelas, akan menyebabkan hilangnya kepercayaan para investor untuk berinvestasi di Indonesia.

Terlebih, Setya Novanto diduga membawa nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden terkait hal tersebut.

(Baca: Kalla Nilai Pencatutan Nama Presiden-Wapres Bahayakan Negara)

Menurut Jusuf Kalla, karena menyangkut nama petinggi negara, akan merusak citra Indonesia khususnya di mata para investor.

Jika para investor tidak lagi percaya dengan pemerintah, maka negara yang dirugikan.

"Karena menyangkutkan Presiden dan Wapres untuk urusan komisi-komisi dan sebagainya, itu berbahaya, itu menghina," tutur Kalla.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Jemaah Haji Diimbau Tidak Umrah Sunah Berlebihan, Masih Ada Puncak Haji

Jemaah Haji Diimbau Tidak Umrah Sunah Berlebihan, Masih Ada Puncak Haji

Nasional
Polisi Arab Saudi Tangkap 37 WNI Pakai Visa Ziarah untuk Berhaji di Madinah

Polisi Arab Saudi Tangkap 37 WNI Pakai Visa Ziarah untuk Berhaji di Madinah

Nasional
Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Nasional
Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Nasional
Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Nasional
Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Nasional
Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Nasional
Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Nasional
Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Nasional
Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Nasional
PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

Nasional
Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Nasional
Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Nasional
Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com