Menurut Purganta, kenaikan harga BBM ini seharusnya tak berlaku bagi angkutan umum. Alasannya, kenaikan ini akan berpengaruh pada tarif angkutan. Dia khawatir para penumpang akan beralih menggunakan alat transportasi lainnya.
"Kalau begini kita yang susah. Masyarakat kecil yang kena. Makanya Pak Jokowi, tolong mobil pelat kuning kayak kita ini tetap disubsidi. Agar kami juga enggak perlu naikin tarif," ujar Purganta, saat dijumpai ketika tengah mengantre di salah satu SPBU, di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin malam.
Sopir angkutan umum lainnya, Taufik (30), juga berpendapat sama. Selama ini, menurut dia, mobil pribadi juga ikut menikmati BBM bersubsidi.
"Sekarang mas lihat sendiri, banyakan mana angkot atau mobil pribadi yang antre BBM? Mobil bagus-bagus gitu kok ya ikut antre, enggak tahu malu," kata Taufik.
Terkait subsidi BBM, Taufik mengaku sudah mengetahui bahwa subsidi akan dialihkan ke program-program pro-rakyat. Secara prinsip, ia setuju dengan kebijakan tersebut. Namun, ia tetap berharap Jokowi juga memperhatikan keberlangsungan angkutan umum dengan kenaikan harga BBM ini.
Pendapat berbeda disampaikan seorang sopir taksi, Achmad (46). Dia tidak mempermasalahkan kenaikan harga BBM, asalkan pengalihan subsidi BBM untuk sektor pendidikan dan kesehatan berjalan baik. Ia merespons positif pengalihan subsidi BBM.
"Jangan sampai BBM udah dinaikin, tapi cairin (uang) di kartu-kartu itu (Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar) susah," kata Achmad.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.