Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nusron Wahid Gerakkan Anggota Ansor dan Banser Dukung Jokowi-JK

Kompas.com - 30/05/2014, 11:12 WIB


JEMBER, KOMPAS.com
- Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Nusron Wahid menginstruksikan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) mengawal ketat tempat pemungutan suara (TPS) pada Pemilihan Umum Presiden yang akan digelar 9 Juli 2014.

"Saya instruksikan setiap TPS harus dikawal oleh 10 anggota Banser karena titik rawan pemilu berada di TPS," kata Nusron saat menghadiri acara silaturahmi Ansor, Banser, dan Kiai Kampung di Pondok Pesantren Nurul Islam Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis (29/5/2014) sore, seperti dikutip Antara.

Menurut dia, potensi kecurangan dalam penyelengaraan pemilu selalu ada, sehingga pihaknya mengantisipasi hal tersebut dengan menyiagakan anggota Banser di setiap TPS untuk mengawal tegaknya proses demokrasi pada Pilpres 2014.

"Suara pemilih yang menyalurkan hak politiknya ada di TPS, sehingga di sana menjadi titik rawan dalam pelaksanaan pemilu dan perlu mendapat pengawalan yang ketat," ucap politisi Partai Golkar itu.

Menurut dia, GP Ansor secara kelembagaan bersikap netral dalam Pemilu Presiden 2014. Namun, secara pribadi ia mendukung penuh pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan PKPI.

"Secara kelembagaan sikap Ansor netral, namun sebagai warga Nahdlatul Ulama (NU) akan mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden yang berasal dari warga NU seperti pasangan Jokowi-JK," tuturnya.

Nusron mengaku tidak memberikan instruksi secara resmi terhadap Pengurus Cabang GP Ansor di daerah terkait dukungan tersebut. Namun, pihaknya akan menggerakkan anggota Ansor dan Banser untuk memenangkan pasangan Jokowi-JK.

"Kalau ada tokoh NU yang maju sebagai cawapres mendampingi Jokowi, maka solidaritas Ansor akan mendukung tokoh tersebut karena Pak JK merupakan Mustasyar PBNU dan banyak berjuang untuk warga nahdliyin," paparnya.

Mengenai sikap politiknya yang berseberangan dengan instruksi DPP Partai Golkar, ia mengaku tidak gentar dengan sanksi yang diberikan partainya. Ia juga rela dicopot dari jabatan struktural sebagai Wakil Bendahara DPP Partai Golkar lantaran tidak mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

"Saya sudah dikenai sanksi berupa pemindahan anggota komisi dan dicopot dari jabatan Wakil Bendahara Partai Golkar. Namun, saya lebih memilih setia kepada NU karena saya tunduk pada perintah kiai dan ulama," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com