"Saya melihat koalisi itu belum potensial, meski kalau lima partai Islam bergabung bisa sampai 30 persen. Namun, kalau ajukan nama, apakah cukup mampu mengejar ketertinggalan dari calon lain apalagi waktunya sangat sempit," ujar Helmy dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (12/4/2014).
Helmy mengungkapkan, koalisi partai Islam baru sebatas wacana. Wacana ini mengemuka setelah partai-partai Islam kerap bertemu dan berdiskusi sebelum pelaksanaan pemilihan legislatif dilakukan.
Namun, untuk mengusung calon Presiden, Helmy menuturkan partai Islam harus bersikap realistis. "Saat ini, trennya masih di tiga poros itu (PDI-P, Golkar, dan Gerindra)," ujar Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal itu.
Seperti diberitakan, wacana koalisi partai Islam ini mulai diserukan oleh PKS. Partai ini melihat dengan penggabungan suara mencapai lebih dari 30 persen, suara partai Islam bisa dikumpulkan untuk mengusung capres.
Alternatif lainnya, koalisi partai Islam bisa jadi alat tawar yang kuat ketika berkoalisi dengan partai nasionalis. Di dalam alternatif kedua ini, PKS berkeyakinan partai Islam bisa mendapatkan posisi calon wakil Presiden.
"Kalau koalisi dengan nasionalis kita bisa kuat. Kalau tidak, kita tidak akan dapat apa-apa," ujar anggota Majelis Syuro PKS Tifatul Sembiring.
Meski membuka peluang koalisi partai Islam dengan partai nasionalis, namun PKS secara spesifik menyebutkan Partai Gerindra sebagai mitra koalisi yang tepat bagi parpol Islam. Anggota Majelis Syuro PKS, Refrizal menilai Gerindra tak tersandera kepentingan asing dan memiliki komitmen dalam berkoalisi, tidak seperti koalisi yang dibentuk pemerintahan saat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.